Pembenahan trotoar yang tengah dilakukan di sejumlah ruas jalan di Jakarta dimaksudkan untuk memberi rasa nyaman bagi para pejalan kaki. Realitasnya, bagi warga Ibu Kota, itu hanya janji manis. Malahan, pembangunan trotoar di beberapa titik wilayah Jakarta membuat rasa kesal.
Selain membikin macet pengguna kendaraan, terjadi tingkat polusi tinggi akibat sisa pembakaran dari kendaraan di tengah kota. Selain itu, juga mempersempit ruang gerak pejalan kaki.
Seberapa tinggi tingkat polusi yang terjadi akibat kemacetan di wilayah itu. Tentu dinas lingkungan hidup setempat yang tahu. Tapi yang jelas angkanya berfluktuasi dan menimbulkan rasa sesak di dada.
Jalan Pejambon, Lapangan Banteng dan sekitarnya, contohnya. Pekerjaan pembangunan trotoar  sudah lebih dari tiga bulan tak kunjung selesai pekerjaannya. Pada areal lahan yang tengah dikerjakan itu dipasang spanduk ukuran besar yang berisi pesan bahwa proyek tersebut diawasi (dikawal) pihak kejaksan setempat.
Meski ditegaskan bahwa proyek pengerjaan tersebut diawasi, tak pernah terdengar kapan batas akhir pekerjaan harus rampung. Pihak kejaksaan yang memasang spanduk ukuran besar tentu dimaksudkan agar semua progress pekerjaan dinyatakan patut diketahui publik. Tegasnya, semua pekerjaan harus diketahui publik. Kerennya, transparan.
Dari pengamatan di lapangan, tampak pekerjaan tidak dikroyok pekerja. Kalau pun ada kuli bangunan di situ, kerjanya lebih mengesankan lelet, sementara mandor bangunan tak kelihatan batang hidungnya.
Kemacetan dirasakan tiap hari. Saat begini, tidak tampak petugas atau aparat untuk memperlancar arus lalu lintas. Keadaan makin parah di sekitar itu lantaran dekat Hotel Borobudur, bahu jalan dimanfaatkan sebagai lahan parkir hingga Jalan Lapangan Banteng Timur.
Dan, saat hari besar, seperti Hari Pendidikan Nasional, kemacetan juga makin parah lantaran Jalan Pejambon dipadati mobil. Karyawan yang berkantor di situ ikut apel atau upacara, sedang mobil diparkir di luar kantor.
Kini, jika dicermati ruas jalan di sekitar Lapangan Banteng dan Pejambon terasa semakin tidak nyaman. Belum lagi kerja di trotoar belum usai dan berantakan, kini menyusul pembongkaran trotoar untuk pekerjaan pemasangan kabel PLN.
Pekerjaan trotoar di kawasan Lapangan Banteng pernah dikerjakan setahun lalu. Kini, belum dinikmati pejalan di kawasan itu, trotoar kembali dibongkar bersamaan dengan pembenahan Lapangan Banteg, yang meliputi: lapangan sepak bola, taman, areal rekreasi, dan pagar.
Harapannya sih, pembenahan areal trotoar itu dimaksudkan untuk memberi rasa nyaman pejalan kaki bagi warga kota. Namun nampaknya itu hanya berupa janji surga Pemda DKI Jakarta. Loh, mengapa?