Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Kreativitas Seniman di Gunung Merapi

2 Mei 2018   20:43 Diperbarui: 3 Mei 2018   07:31 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Maridjan dalam foto. Foto | Dokpri

Melihat foto lama perjalanan ke kawasan Wisata Gunung Merapi beberapa tahun silam, ada pernik kecil yang terasa sulit dilupakan. Yaitu, kelebihan para seniman setempat mengemas sisa-sisa letusan gunung tersebut.

Tidak jelas siapa seniman yang memiliki kepedulian untuk membuat museum di kawasan Merapi itu. Penulis tertarik untuk mengungkap cerita lama itu dalam rubrik SaatnyaJatengDIYJatim dan KabarDariSeberang.

Pesan seniman. Foto | Dokpri
Pesan seniman. Foto | Dokpri
Pesan seniman. Foto | Dokpri
Pesan seniman. Foto | Dokpri
Nampak para seniman menempatkan sisa barang bekas, hewan dan lainnya dengan tertata apik. Museum yang dibuat dengan sangat sederhana itu dimaksudkan untuk mengingatkan para wisatawan, bahwa betapa dahsyatnya letusan gunung merapi itu.

Gunung Merapi memiliki ketinggian puncak 2.930 m dpl, per 2010, terletakdi tengah Pulau Jawa. Lereng sisi selatan masuk dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Di sekitar puncaknya dijadikan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Ketika penulis bertandang ke lokasi itu, di situ tertulis Musium Sisa Hartaku. Terasa haru setelah menyaksikan benda-benda tersebut. Lalu, penulis teriangat akan sosok Mbah Maridjan. Si Mbah yang memiliki nama lengkap Raden Ngabehi Surakso Hargo, atau lebih dikenal juga  Mas Penewu Surakso Hargo, lahir di Dukuh Kinahrejo, 5 Februari 1927. Ia meninggal di Sleman, 26 Oktober 2010 pada usia 83 tahun. Dia dinobatkan sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Poto bereng. Foto | Dokpri
Poto bereng. Foto | Dokpri
Jajal Jip Kuno Foto | Dokpri
Jajal Jip Kuno Foto | Dokpri
Meski telah wafat, masyarakat Indonesia masih kuat ingatannya kepada sosok si Mbah. Apa lagi keikutsertaannya dalam iklan "orang kuat"  dengan kalimat roso telah demikian akrab di telinga publik.

Sisa-sisa dampak erupsi gunung ini masih nampak  Batu-batu, lahan berupa hamparan pasir yang merupakan material muntahan Merapi, bertebaran. Di jalan sempit, kendaraan tua roda dua dan empat yang digunakan wisatawan nampak mengalami kesulitan melintas, meski pada akhirnya mampu keluar dari rintangan.

Ada gua persembunyian. Gua itu semula dibangun untuk menampung warga setempat mengungsi, nampak porak poranda dihajar material erupsi. Sepeda butut dan tulang belulang binatang, seperti sapi sebagai akibat dari letusan gunung itu, masih "mejeng" terawat apik di museum.

Mbah Maridjan dalam foto. Foto | Dokpri
Mbah Maridjan dalam foto. Foto | Dokpri
Jip disiapkan untuk angkut wisatawan. Foto | Dokpri
Jip disiapkan untuk angkut wisatawan. Foto | Dokpri
Penulis pun sempat menikmati mobil-mobil jip tua yang dimanfaatkan para pengelola wisata untuk membantu wisatawan menuju puncak Merapi. Wuih, enaknya..... indahnya alam Merapi.

Hal lainnya, kawasan ini udaranya sejuk. Namun patut pula diingatkan bagi para wisatawan yang hendak menikmati keindahan alam di kawasan itu. Hati-hati ketika mendaki dan patuhi imbauan para pemandu wisata di daerah itu. Sebab, kala turun hujan jalan-jalan di kawasan berkelok dan licin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun