Melihat foto lama perjalanan ke kawasan Wisata Gunung Merapi beberapa tahun silam, ada pernik kecil yang terasa sulit dilupakan. Yaitu, kelebihan para seniman setempat mengemas sisa-sisa letusan gunung tersebut.
Tidak jelas siapa seniman yang memiliki kepedulian untuk membuat museum di kawasan Merapi itu. Penulis tertarik untuk mengungkap cerita lama itu dalam rubrik SaatnyaJatengDIYJatim dan KabarDariSeberang.
Gunung Merapi memiliki ketinggian puncak 2.930 m dpl, per 2010, terletakdi tengah Pulau Jawa. Lereng sisi selatan masuk dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Di sekitar puncaknya dijadikan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Ketika penulis bertandang ke lokasi itu, di situ tertulis Musium Sisa Hartaku. Terasa haru setelah menyaksikan benda-benda tersebut. Lalu, penulis teriangat akan sosok Mbah Maridjan. Si Mbah yang memiliki nama lengkap Raden Ngabehi Surakso Hargo, atau lebih dikenal juga  Mas Penewu Surakso Hargo, lahir di Dukuh Kinahrejo, 5 Februari 1927. Ia meninggal di Sleman, 26 Oktober 2010 pada usia 83 tahun. Dia dinobatkan sebagai juru kunci Gunung Merapi.
Sisa-sisa dampak erupsi gunung ini masih nampak  Batu-batu, lahan berupa hamparan pasir yang merupakan material muntahan Merapi, bertebaran. Di jalan sempit, kendaraan tua roda dua dan empat yang digunakan wisatawan nampak mengalami kesulitan melintas, meski pada akhirnya mampu keluar dari rintangan.
Ada gua persembunyian. Gua itu semula dibangun untuk menampung warga setempat mengungsi, nampak porak poranda dihajar material erupsi. Sepeda butut dan tulang belulang binatang, seperti sapi sebagai akibat dari letusan gunung itu, masih "mejeng" terawat apik di museum.
Hal lainnya, kawasan ini udaranya sejuk. Namun patut pula diingatkan bagi para wisatawan yang hendak menikmati keindahan alam di kawasan itu. Hati-hati ketika mendaki dan patuhi imbauan para pemandu wisata di daerah itu. Sebab, kala turun hujan jalan-jalan di kawasan berkelok dan licin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H