Nah, mengapa bleketepe demikian penting bagi sebuah pernikahan? Umumnya, bleketepe digunakan pada saat ucapara siraman yang menggunakan adat Jawa. Pemasangan janur menyerupai tikar itu biasanya dilengkapi sepasang pohon pisang, buah pisang raja, tebu, buah kelapa, daun beringin dan janur kuning melambai.
Semua itu adalah simbol yang mengandung harapan bahwa ke depan kedua pasangan akan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis bukanlah ahli budaya Jawa, tetapi dari berbagai literature terungkap bahwa janur -- menurut budayawan Solo, Heri Priyatmoko -- berasal dari kata nur, cahaya. Nur Illahi. Harapannya agar saat disandingkan si pengantin wanita tampak bersinar.
Esensi acara siraman dapat dimaknai sebagai perwujudan bahwa kedua orang tua akan segera menyudahi tanggung jawabnya, lantaran akan digantikan oleh suami putrinya. Penulis tidak bermaksud membahas lebih dalam tentang makna siraman. Namun yang jelas, secara filosofis maknanya demikian dalam.
Apa sebab? Karena calon mempelai wanita disirami air bunga yang masing-masing bunga memiliki artinya tersendiri. Bunga mawar agar calon pengantin selalu jujur, melati bermakna dapat membawa harum nama keluarga serta disukai oleh siapa saja, terakhir bunga kenanga yang diharap dapat membawa kesejukan dan keteduhan hati. Kemudian, sang ayah mengucurkan air wudhu kepada putrinya agar kelak tidak meninggalkan kewajiban dalam beribadah.
Semua kegiatan ini, dari sisi penampilan, tak lepas dari kehadiran janur. Karenanya, jangan cepat-cepat mengungkapkan bersedia atau mau nikah bila janur dan bleketepe belum dipesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H