Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais "Mendikte" Keputusan Kader, Kok Bisa?

27 April 2018   21:39 Diperbarui: 27 April 2018   21:47 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais bersama kader PAN. Foto | Tribunnews.com

Bila Amien Rais mengeluarkan pernyataan bahwa partainya tidak akan mendukung Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019 mendatang, maka pernyataan tersebut harus dipandang bahwa yang bersangkutan hingga kini masih merasa menjadi pemilik tunggal partai itu.

Pernyataan itu belum bisa jadi cerminan sikap partai, meski Amien Rais masih menduduki Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN). Sebab, sudah lazim, keputusan penting partai selalu diambil melalui musyawarah atau minimal rapat kerja yang melibatkan seluruh kader partai bersangkutan.

Realitasnya, partai ini dapat diibaratkan seperti masih berada di "ketiak" Amien Rais. Lihat, saat "tensi" suhu politik sedikit naik, selalu saja partai itu dijadikan kendaraan untuk menunjukan sikapnya berseberangan dengan Jokowi. Ia tidak peduli apakah anggota partai, ketua partai bersangkutan suka atau tidak suka, pokoknya apa yang diungkap politisi 'gaek' ini harus diamini.

Ya, namanya juga Amien Rais. Ia memiliki jasa besar ketika negeri ini memasuki era reformasi. Di kalangan para politisi dari partai lain pun, sepak terjang dan pernyataannya mudah dipahami. Namun tidak sedikit politisi lain yang tengah 'kepepet' memanfaatkan pernyataan Amien sebagai pembenaran. "Tuh, betulkan. Di sana ada partai setan!"

Pernyataan Amien Rais memang selalu menarik perhatian publik. Sebagian warga pinggiran Ibukota ada yang menyebut, kalau sudah begitu mantan pimpinan Muhammadiyah itu tengah menikmati "panggungnya". Terutama saat-saat Pilkada dan Pilpres.

Coba perhatikan, usai Pilgub DKI Jakarta dan berhasil menumbangkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ia tak banyak mengeluarkan pernyataan dari "pertapaannya".

Kini, menjelang Pilpres 2019, ia kembali mengangkat "pengeras suara". Apa yang dipandangnya tidak sejalan, -- karena kepiawaian dan keahliannya, -- bagai gerak reflek, ia mengeluarkan pernyataan. Tidak terlalu penting baginya apakah pernyataan itu dapat mengundang pro dan kontra di masyarakat, apa lagi di internal partainya.

Yang repot, ketika pro dan kontra terjadi, para anggota partai itu mencari-cari "alat", argumentasi dan dasar hukum, untuk membenarkan pernyataan Amien Rais. Kadang bisa 'nyambung', namun lebih banyak menimbulkan rasa bingung di akar rumput.

Nah, sekarang, di internal PAN sendiri mencuat persoalan. Apakah keputusan mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 hanya tinggal mengekor apa yang disampaikan Amien Rais? Atau mengikuti aturan bahwa keputusan harus diambil dalam sebuah forum: musyawarah, kongres, rapat kerja, atau apalah namanya.

Keputusan yang akan diambil PAN melalui forum sangat dinantikan sebelum Jokowi mengumumkan siapa bakal mendampingi dirinya sebagai wakil presiden mendatang. Jika PAN berkomitmen berseberangan dengan Jokowi, tentu Amien Rais 'gembira'. Dan tentu saja memberikan dukungan all out.

Lalu, bagaimana jika Ketua Umum PAN -- yang sebenarnya - Zulkifli Hasan mendapat amanat dari para kader bahwa partai ini akan mendukung Jokowi pada Pilpres 2019?

Jika itu yang terjadi, wah bakal terjadi pertarungan sengit. Perang 'Bratayuda' tentu tidak dapat dihindari di internal partai ini. Bisa jadi Zulkifli Hasan disebut oleh politisi 'gaek' itu sebagai penghianat. Sebab, di mata Amien Rais, Jokowi sudah harus dilengserkan dari jabatannya.

Jika PAN tak mengikuti Amien Rais, itu sama saja tidak menghargai pendiri dan pemilik partai itu. Bagi Amien Rais,  bergabung bersama Partai Gerindra dan PKS untuk mengusung Prabowo adalah harga mati.

Jauh hari, memang partai ini menyatakan, sikap PAN pada Pilpres 2019 akan ditentukan dalam Rakermas akhir Mei mendatang.  Apakah PAN akan memutuskan berkoalisi bersama Partai Gerindra dan mengusung Prabowo.  

Semua itu terpulang pada hasil Rakernas mendatang. Jika demikian, bisa jadi iklim Rakernas mendatang akan dibayangi sosok Amien Rais dengan segala pernyataannya. Kuat dugaan, kader akan mengikuti arahan pemilik partainya, Amien Rais.

Amien Rais akan mendikte para kader partainya. Bisa diumpamakan, dalam rapat nanti, ia akan berupaya seluruh kader ikut apa yang dimaui. Singkat kata, kader akan diperlakukan seperti kerbau dicocok hidungnya.

Tetapi dalam politik, apa pun bisa terjadi. Apa lagi suasananya memang masih dinamis. Bisakah Rakernas itu berjalan lancar, atau membuahkan "angin ribut" di internal partai itu? Jawabnya, tergantung kedewasaan para kader partai itu. Kita tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun