Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukankah Belajar Tidak Kenal Tua, Bu?

5 April 2018   08:48 Diperbarui: 5 April 2018   08:57 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukmawati Foto | Republika

 Bukankah Belajar Tidak Kenal Tua, Bu?

Jika Sukmawati mengaku tidak tahu syariat Islam,
maka aku pun tidak tahu pula karena bukan ulama

Jika puteri Bung Karno itu mengaku tidak tahu cadar,
maka aku pun tidak tahu mengapa ibuku berkerudung

Jika puteri Soekarno yang kita muliakan itu tidak tahu azan,
maka aku pun tidak tahu ketika masih dalam gendongan

Karena tidak tahu, maka aku pun mencarinya untuk menjadi tahu
Karena bodohnya, maka kegelapan hati ikut menebar dengki
Karena khilaf mempersoalkan azan dan cadar, maka di luar sadar jerat melilit diri

Awalnya aku pun tak tahu apa itu agama, tapi aku pilih Islam sebagai agama
Awalnya aku pun tidak tahu Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Khonghucu
hingga penganut kepercayaan
tapi,  karena belajar, agama-agama itu telah memperkaya diriku

Agama-agama dan ajaran penganut kepercayaan telah menebar ajarannya
dan Bumi Pertiwi pun menerima seizin ridho-Nya
Aku pun melihat butiran mutiara sebagai pesan universalnya
dan, aku pun menyaksikan agama-agama itu telah menguatkan kehidupan bertoleransi

Dadaku ikut terasa terkoyak
Bukan karena banyak orang marah,
tapi lebih lantaran kelompok intoleran bertepuk tangan
Lihat?
Sebab, puisi ibu berlawanan dengan semangat pesan Proklamasi
Bisa jadi umat lain bersedih, karena khilaf puisi diwarnai gelap hati

Agamaku memberi tahu, belajar tidak kenal tua
dan agama-agama lain menganjurkan menuntut ilmu hingga liang kubur
Para ibu akan menangis kala anaknya tak sekolah
karena disadari menuntut ilmu sangat penting
Lalu, baiknya ibu dapat berkaca dengan anak sekolahan

Yakinlah, bu?

Belajar dapat menggiring diri dari tidak tahu menjadi tahu,
dari hidup miskin menjadi kaya (hati)
Dari tidak tahu apa itu syariat akan paham dan mengamalkan syariat Islam
Berawal tidak tahu indahnya azan, akan tergerak hati memenuhi panggilan Tuhan

Karenanya, peganglah pesan ini
"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena).
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al 'Alaq: 1-5).

Edy Supriatna Sjafei
Ceger, Cipayung, 05042018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun