Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mati dengan Sendirinya

24 Maret 2018   11:17 Diperbarui: 24 Maret 2018   13:22 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raja Singa mengaum. Di depan forum kumpulan prajurit tikus yang tengah mempersiapkan pemilihan raja bagi dirinya tiba-tiba merasa ketakutan. Ada yang berlari ke pojok ruang, berlari ke luar ruang dan sembunyi di di gang sempit. Kursi-kursi berantakan dan berjungkir balik karena terpental ketika tikus begitu kuatnya merasa takut mendengar suara si raja rimba itu.

Raja Singa memasuki ruang yang telah berantakan. Ia bangga. Tidak ada lawan yang berani menghadapiya. Tikus saja ngibrit, lari ke jalan-jalan sempit. Jika saja mereka ada di situ, pasti akan dilumatnya. Tapi, dagingnya tidak enak kan? Pikirnya.

Untuk menghancurkan kerajaan tikus memang tidak sulit. Dengan cara menginjak satu ekor saja, semua bakal kabur melihat wajahnya yang gagah, ganteng, cerdas, pandai bersilat lidah dan punya pengikut di sejumlah kerajaan politik di sejumlah komunitas. Wuih, pokoknya hebat. Ia pun punya sejumlah gelar bergelayutan, sebagai tokoh yang diakui kompetensinya di bidang intelektual dan relegius pula.

Karenanya, ambisinya untuk menguasai kerajaan-kerajaan kecil mudah digapai. Tapi tidak dengan kerajaan tikus yang tengah melakukan pemilihan raja. Lantaran si Raja Singa memiliki kehebatan dan mudah dilakukan kapan dan di mana pun, maka untuk mempengaruhi kerajaan tikus cukup dengan cara mengaum saja.

Di hadapan kumpulan tikus yang bersembunyi, ada yang di balik meja, balik pintu hingga lorong sempit hingga loteng gedung, si Raja Singa berucap dengan suara keras.

Katanya, "Sayalah raja kalian. Raja kalian tidak bisa memberi ketenangan, ketentraman dan kedamaian karena tidak ada kesejahteraan di kerajaan ini."

"Kalian sudah diperdaya. Lahan yang diberi identitas bukan untuk dimiliki, tapi tercatat untuk dikuasai dan dijual ke asing," lanjut si Raja Singa.

"Keluarlah kalian dari persembunyian," pinta si Raja Singa.

Satu, dua hingga 10 ekor tikus keluar memberanikan diri dari persembunyian. Mereka menghadap si Raja Singa. Lantas, mereka disambut dengan tawa auman bersahabat. Tapi, para tikus tetap merasa ketakutan. Namun mereka tetap bertahan di tempat. Mereka pikir, lari pun tidak bisa. Sebab, dalam sekejap saja pasti dapat dipijaknya. Lalu, ya mati lah.

Satu dari 10 ekor tikus yang menghadap si Raja Singa tahu persis tentang watak kehidupan raja hutan itu. Sebut saja tikus tersebut adalah Panglima Perang.

Berdialog dengan tikus. Foto | dongengdariku.blogspot.co.id
Berdialog dengan tikus. Foto | dongengdariku.blogspot.co.id
**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun