Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nyepi sebagai Inspirasi Peningkatan Soliditas Kerukunan

16 Maret 2018   14:53 Diperbarui: 17 Maret 2018   16:46 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melasti di Bali. Foto | Tribun Bali/Andriansyah

Sebagaimana yang tertuang dalam lontar Sundarigama bahwa "ngamet sarining amerta kamandalu ring telenging segara" yang artinya adalah mengambil air suci kamandalu di laut untuk menyucikan diri manusia.

Dalam Reg Weda juga dinyatakan: Apam napatam paritasthur apah. Yang artinya, air yang murni baik, mata air dan laut adalah mempunyai kekuatan yang menyucikan.

Ribuan umat Hindu se-Provinsi Banten yang datang membawa Pretima atau benda suci, dan membawa sesaji dengan iringan kesenian tetabuhan beleganjur dapat melaksanakan ritual menuju Pantai Tanjung Pasir.

Mereka datang dari umat Hindu Pura Eka Wira Anantha Serang, Parahyangan Bhuana Raksati Sodong, Pura Kerta Jaya Tangerang, Parahyangan Jagatguru Tangerang Selatan, Pura Mertasari Rempoa, Pura Dharma Sidhi Ciledug, dan umat dari Putra Kerta Giri Taman Asri.

Umat Hindu di Provinsi Banten memiliki aneka warna-warni kearifan lokal dengan budaya yang indah dan menentramkan, dengan keikutsertaan Paguyuban Majapahid yang mempersembahkan Gunungan pada saat Melasti. Gunungan ini merupakan simbolis dari segala hasil alam yang diperuntukkan Sarana Sagara Yadnya atau Sedekah Laut.

Gunungan sebagai ungkapan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.

Ritual yang kedua adalah melaksanakan upacara Tawur Kesanga atau Tawur Agung atau sedekah bumi yang dilangsungkan tanggal 16 Maret atau sehari sebelum hari raya Nyepi dipusatkan di Taman Kopasus Serang, bertujuan secara ritual simbolis untuk membersihkan bumi atau bhuwana agung.

**

Alit Wiratmaja saat perayaan ogoh-ogoh di Tangerang, Banten. Foto | Dokpri
Alit Wiratmaja saat perayaan ogoh-ogoh di Tangerang, Banten. Foto | Dokpri
Sehari sebelum Nyepi, umat melaksanakan tawur atau persembahan kepada buta kala yang bertujuan agar bhuta kala itu bisa menjadi somia atau artinya bisa menjadi bahagia, tenang dan senang. Jadi bagaimana umat Hindu dapat membahagiakan alam semesta lingkungan ini, sehingga manusia dapat hidup berbahagia tanpa adanya gangguan dari kekuatan alam semesta yang sangat dasyat.

Somia, artinya bagaimana manusia membuat tenang, senang dan bahagia lingkungan alam yang ada dalam bhuwana agung. Jadi umat Hindu melaksanakan yadnya atau korban suci untuk menghormati, menjaga dan memelihara kekuatan alam semesta tersebut.

Umat Hindu menyebut kekuatan alam semesta tersebut dalam Hindu berupa unsur Panca Mahabhuta. Panca Mahabhuta terdiri dari unsur apah yaitu air, laut, sungai dan danau sehingga bagaimana unsur air ini agar senantiasa bersahabat dengan kehidupan misalnya kita berdoa agar tidak terjadi banjir atau tsunami yang dapat memporak-porandakan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun