Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Urusan Trump, Bukan Wilayah Agama Lagi

11 Desember 2017   11:47 Diperbarui: 15 Desember 2017   08:13 1929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memutuskan Yerusalem sebagai ibukota Israel hendaknya dapat dilihat sebagai ungkapan pribadi, yang tengah menghadapi kesehatannya lagi menurun, karena tidak semua penganut agama-agama di negeri Paman Sam setuju, demikian juga di berbagai belahan dunia dan Indonesia.

Kita juga harus melihatnya secara proporsional antara pribadi Trump, AS dan para pemeluk agama-agama. Jadi, jangan persoalan pernyataan "mengejutkan" Trump itu dikaitkan dengan agama-agama. Ketua MUI Provinsi Banten, KH Dr. A.M Romli dalam percakapan dengan penulis di Serang, Banteng, Senin, menyebut, presiden AS itu memang punya pribadi berbeda dengan presiden sebelumnya. Bisa jadi kesehatannya tengah menurun.

Pernyataan Trump diakui dapat memancing sentimen antarpemeluk agama di dalam negeri. Bahkan di berbagai negara lain pun hal itu punya potensi besar. "Kita, sebagai negara majemuk, harus dewasa menyikapi pernyataan Trump itu," pinta Romli.

Seluruh umat di Indonesia, pemeluk agama-agama, sudah menyatakan sikap dan sangat kecewa dengan pernyataan petinggi di negeri Paman Sam itu. "Kita boleh marah, tetapi kepala harus tetap dingin," pinta mantan Kakanwil Kemenag Provinsi Banteng itu.

Umat Islam di Banten, dan para pemeluk agama lainnya, juga sudah menyatakan sikap rasa kecewa dan mendongkol dengan pernyataan itu. Sebagai bentuk ungkapan rasa solidaritas yang tinggi terhadap warga Palestina, pada Ahad (10/12) kemarin, tokoh agama-agama berkumpul di Serang. Mereka mengutuk Donald Trump dan berharap menarik kembali pernyataannya yang menyebut Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Mereka juga berharap para pemimpin negeri ini ikut menyuarakan suara umat Islam. Umat Islam tanpa dikomandoi mengutuk pernyataan Donald Trump disusul Presiden Joko Widodo yang dengan tegas menyatakan dongkol dengan Donald Trump.

"Saya tak ikut hadir dalam acara kemarin. Tetapi saya ikut mendukung," ia menegaskan.

Apa bentuk solidaritas terhadap bangsa Palestina, menurut Mukhamad Saekhu, jurubicara Kanwil Kemenag Banten, selain tak bosan membacakan doa juga mengenakan sorban yang biasa digunakan pemimpin Palestina Yaser Arafat.

Sorban itu, berwarna hitam, dikenakan dileher. Atau dililitkan di leher. Jadi, kalau Yaser Arafat mengenakannya di kepala, kita dileher. Sampai kapan itu dikenakan, ya harapannya sampai Donald Trump sampai menarik ucapannya itu.

Pada percakapan panjang lebar dengan penulis, Ketua MUI berharap umat Islam dapat saja melakukan unjuk rasa sebagai ungkapan rasa kecewa berat dengan Donald Trump. Namun harus dilakukan dengan tertib, tidak membuat gaduh apalagi kerusakan yang dapat merugikan banyak orang.

Diharapkan pula umat Islam tidak terpacing dengan beredarnya kabar Donald Trump tengah mengumpulkan Alquran untuk dibakar sebagai ungkapan balasan pengunjuk rasa di berbagai negara. Pemerintah harus cepat memberi penjelasan, apakah itu berita benar atau bohong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun