Di tengah suasana memanas di berbagai belahan dunia terkait keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, perlukah berbagai kekuatan Ormas Islam di Tanah Air menggelar unjuk rasa di Kedutaan Besar AS?
Dalam suasana kekinian, 'atmosfir' di Ibukota Jakarta dan beberapa kota lainnya di Tanah Air dapat "dibaca" tengah emosional. Marah besar. Sampai-sampai di Masjid Istiqlal Jakarta pun pada shalat Jumat (8/12) kemarin dibarengi pula dengan Qunut Nazilah.
Qunut ini, dalam berbagai literatur, bermakna penting sebagai ungkapan doa yang dipanjatkan saat berdiri dalam shalat (Jumat) apabila terjadi bencana bencana besar yang menimpa kaum muslimin secara massal. Seperti adanya pihak yang memerangi kaum muslimin, kelaparan masal, wabah penyakit atau sebagainya. Termasuk pernyataan Presiden AS itu yang terasa menyakitkan seluruh umat Islam di berbagai negara.
Ibarat sebuah tubuh, bagian kaki terluka maka organ tubuh lainnya akan terasa sakit. Ibarat mata terkena racun dan melukai biji mata hingga tak bisa melihat, maka pergerakan badan menjadi terhambat. Ibarat kaki luka, maka berjalan harus mengenakan tongkat, tentu organ tubuh lain pergerakannya jadi lambat.
Biasanya, dalam beberapa tahun sebelumnya, ada Ormas Islam rajin berujuk rasa tatkala ada secuil saja kebijakan yang menyinggung atau bersinggungan dengan masalah keumatan.
Ustaz Abu Anas Abdillah pada pengajian Majelis Taklim As Salam - Ukhuwah Islamiyah Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20 Â di kediaman Hj Dina Chozie Jl. Tebet Utara 2 D No. 15 Â Jakarta Selatan, Sabtu siang (9/12) sempat menyinggung keputusan Donald Trump yang dianggapnya sangat mengejutkan.
Umat Islam di berbagai belahan bumi mana pun anggota tubuhnya satu dan jika dicubit tentu semua anggota badan merasa sakit, sebut Ustaz Abu. Dan Abu Anas juga sependapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang merasa dongkol dengan keputusan Trump.
Memang proses perdamaian Palestina-Israel selalu menemui jalan buntu. Terutama jika dilihat perjalanannya di kawasan itu sejak misi perdamaian AS gagal pada April 2014. Dalam kalimat sederhana, pembicaraan damai selalu berujung dengan kebuntuan. Kala Trump mengeluarkan pernyataan itu, tentu saja semua umat Islam merasa tersakiti.
Pernyataan Trump menyebut pemerintahannya juga akan memulai sebuah proses untuk memindahkan kedutaan AS di Tel Aviv ke Yerusalem, yang diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun, adalah sebuah pernyataan yang menambah buruk catatan proses pedamaian di kawasan Timur Tengah