Sesuai namanya, dalam bekerja reporter pun tak perlu diatur terlalu ketat. Seperti harus mewawancarai narasumber kompeten. Sejauh narasumber itu bisa dipertanggungjawabkan di hadapan publik, maka bisa diangkat menjadi berita.
Akal sehat tak perlu bermain dalam mengolah berita. Hasilnya berupa kebencian dari kelompok tertentu, itu tak penting. Adanya sebuah kekonyolan dari berita yang disuguhkan pun tak perlu ditakuti. Semisal, dipanggil pihak berwajib.
Sebab, jurnalistik anomali bekerja demikian adanya. Tiang listrik saja bisa dijadikan berita utama. Diawali dengan para reporter ramai-ramai mewawancarai tiang listrik yang ditabrak sang sopir merangkap jurnalis tatkala membawa Setya Novanto, sang Ketua DPR RI yang terhormat itu.
Jagat jurnalistik anomali kini lebih mewarnai pers. Terutama dunia maya yang terasa ramai pada beberapa hari lalu. Ke depan, kita tengah menantikan anomali berikutnya. Akankah membuat anak bangsa terasa terhibur dengan kelucuan yang dihadirkannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H