***
Bagi Acub, berobat itu menjadi kewajiban. Bukan saja tatkala fisik tengah didera penyakit, tetapi juga kala sehat pun penting memeriksakan kesehatan. Sehat baginya investasi. Dalam bahasa yang sederhana, menurut Acub, jika badan sehat maka dapat melaksanakan ibadah dengan baik.
Ibadah bukan sekedar dimaknai sering mendatangi masjid, menjalankan seluruh perintah Tuhan, tetapi juga mencari nafkah untuk anggota keluarga. Jika saja badan sakit, mana mungkin bisa berdagang dan melayani pelanggan dengan baik.
"Pokoknya, sehat itu nomor satu," kata Acup, warga Tajur dalam obrolan dengan penulis kala antre untuk mendapatkan nomor berobat. Ia sudah berada di rumah sakit tersebut sejak Pukul 04.00 WIB.
Dalam obrolan pada Kamis pagi (9/11/2017) itu terungkap, banyak di antara para pengantre dilakukan oleh pengantre perwakilan. Bukan anggota keluarga pasien. Apa lagi pasien usia lanjut yang biasanya ketika berobat harus dipandu dan dibantu oleh cucu atau anggota keluarganya.
Menurut warga Tajur ini adalah para relawan BPJS yang sejak Pukul 04.00 WIB sudah berada di sini dan ikut mengantre untuk mendapatkan nomor.
Jika tidak dibantu, mustahil bin mustahal pasien usia lanjut bisa berobat. Nomor antre bakal habis lebih awal, karena tidak semua dokter poliklinik melayani pasien hingga melampaui jam kerja berakhir. Artinya, beberapa dokter harus membatasi jumlah pasien yang dilayani.
Para relawan tak hanya mewakili anggota keluarga kala mengantre, ternyata juga terlibat membantu pasien kurang mampu dalam menyelesaikan urusan birokrasi pelayanan rumah sakit. Memotivasi pasien sesuai dengan anjuran dokter agar semangat untuk menjaga kesehatan tetap terpelihara.
***
Ibu Ade, warga Bojong Baru, Kabupaten Bogor, mengaku sudah lebih 10 tahun menjadi relawan. Orang banyak menyebutnya relawan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan), karena yang dibantu adalah para pasien miskin, buta prosedur berobat di rumah sakit dan kebanyakan tak memiliki keanggotaan peserta BPJS.