Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Antri "Ngesot" di RSUD Cibinong yang Mengasyikan

26 Oktober 2017   21:05 Diperbarui: 26 Oktober 2017   21:24 3611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sabar, geser sambil ngesot. Inilah antreannya. Foto | Dokumen Pribadi

Saya pun ikut dalam barisan ini. Duduk, lalu ngesot ke arah kanan perlahan di susul lainnya dengan gerakan serupa. Tentu, acara ini diisi sambil ngobrol dengan orang yang berada di sebalah kanan dan kiri.

Loket pelayanan kini ditambah. Foto | Dokumen Pribadi.
Loket pelayanan kini ditambah. Foto | Dokumen Pribadi.
Motto pelayanan, keberpihakan kepada kualitas layanan. Foto | Dokumen Pribadi.
Motto pelayanan, keberpihakan kepada kualitas layanan. Foto | Dokumen Pribadi.
Sebagai pasien baru, cara antre berobat seperti ini rasanya rada asing. Di beberapa rumah sakit, pasien BPJS antre duduk setelah mendapat karcis dari petugas. Di sini, antrean pasien ada dua macam: pertama untuk mendapatkan nomor antre berobat, kedua setelah mendapat nomor antre berobat barulah ikut antre pendaftaran ke dokter yang dituju.

Antrean pertama sangat menentukan jadi atau tidaknya berobat. Sebab, ketika nomor habis, maka bisa jadi yang bersangkutan tak dapat berobat. Bisa pula diberi tahu untuk poli tertentu tak melayani pasien disebabkan dokter sakit, ikut seminar atau tak punya dokter pengganti.

Karenanya, antrean ngesot terlihat demikian banyak pesertanya. Sebab, mereka merasa takut tak terlayani. Saya perkirakan antrean mengular sampai 50 sampai 70 meter sampai ke dalam rumah sakit.

Antrean ngesot berhenti tatkala pintu rumah sakit dibuka. Sekitar Pukul 06.00 WIB.  Mereka cepat berdiri rapi, berjalan beriringan bagai warga tengah antre sembako -- sembilan bahan pokok -- kala zaman kampanye terbuka berlangsung. Bisa pula disamakan seperti kaum dhuafa tengah minta belas kasihan orang kaya membagikan zakat menjelang Lebaran.

Antrean makin tertib. Foto | Dokumen Pribadi.
Antrean makin tertib. Foto | Dokumen Pribadi.
Pelayanan yang menyenangkan ketika mendapat senyum suster. Foto | Dokumen Pribadi.
Pelayanan yang menyenangkan ketika mendapat senyum suster. Foto | Dokumen Pribadi.
Berubah, sedikit ?

Sambil ngesot, saya mendapt cerita bahwa pelayanan sekarang sudah lebih baik. Dulu, kata rekan saya yang baru kenal dalam barisan itu, antrean dibagi dua. Kiri dan kanan. Terjadi rebutan masuk untuk mendapatkan nomor antrean pertama. Saat berebut, kaca pintu masuk rumah sakit pecah. Lantas, diperbaiki dengan cara antre satu barisan.

Dulu, loket antrean untuk ke dokter hanya lima buah. Sekarang sudah sembilan loket. Pasien usia lanjut dapat prioritas pelayanan. Sedangkan kelengkapan administrasi, ada petugas yang menjadi relawan memberi petunjuk cara pengisi formulir. Lansia kebanyakan minta bantuan petugas tersebut meski layanannya terasa setengah hati.

Berbeda dengan layanan para suster atau para medisnya. Bolelah diacungi jempol.

Hanya saja, di zaman demikian maju, saya jadi bertanya-tanya. Kok rumah sakit tergolong besar ini belum juga memanfaatkan IT secara optimal. Untuk menghindari pasien antre ngesot, sebetulnya manajemen rumah sakit bersangkutan bisa memanfaatkan Informasi Teknologi (IT). Misal, menjadwalkan pasien datang ke rumah sakit yang sudah tersusun apik dalam basis data di komputer.

Hari apa, jam berapa pasien harus datang. Semua nama paseien diregister. Termasuk dokter yang akan memberikan layanan. Penggunaan catatan dan banyaknya berkas dalam lembaran kertas, untuk layanan publik seyogyianya secara bertahap sudah dapat ditinggalkan.

Manfaatkanlah IT untuk menghindari antrean ngesot, yang terasa unik dan mengasyikan itu, tentu tidak ada salahnya, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun