Jangan pilih kerja di Jakarta jika Anda ingin menjadi Aparatur Negeri Sipil (ASN) atau yang dulu dikenal sebagai pengawai negeri sipil (PNS). Loh, kenapa?
Bukankah setiap warga punya hak yang sama untuk bekerja di Ibu Kota. Apakah dia pendidikan strata satu, dua, tiga atau sekalipun sekolah dasar (SD) bisa saja menjadi ASN dan bekerja di Ibu Kota. Syaratnya, tentu harus lulus tes dan mengindahkan segala aturan yang ditetapkan.
Mengapa ada kata "jangan" jadi ASN di Jakarta. Bukankah Ahok, sapaan akrab Basuki Tjahaja Purnama, sudah tidak menjabat lagi gubernur. Siapa pun tahu, Ahok nggak takut memecat anak buahnya ketika kedapatan tak disiplin.
Kala ia menjabat, Ahok bersikap "keras" dengan pejabat yang dinilainya tidak becus. Sekarang, semua itu tidak ada lagi. Jadi, nggak perlu lagi ada yang ditakuti jadi ASN di lingkungan Pemda DKI Jakarta. Atau pun jadi ASN lainnya, semisal di kementerian atau badan pemerintah lainnya.
Para ASN di lingkungan Pemda DKI kini tak perlu lagi merasa tertekan. Apalagi stres berat. Sebab, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang baru dilantik menjadi penggantinya punya gaya rada lembut, ngayomi meski ke depan bisa saja berubah. Pasalnya, dinamika Jakarta -- dengan segala kegiatan pembangunannya, kini terasa demikian cepat.
![Pembangunan LRT yang diharapkan dapat menguangi 25 persen kemacetan Jakarta. Foto | Antara.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/24/201705303088-macet-59eebf0b5c814a22741a65a2.jpg?t=o&v=770)
Publik memang tahu bahwa pembangunan infrastruktur yang tengah berlangsung itu berdampak pada lingkungan. Kala pondasi tiang pancang LRT dibangun, pondasi rumah pemukiman sekitar terdampak. Setidaknya, air tanah jadi keruh dan tembok bergetar lalu retak.
Ketika tiang pancang LRT dikerjakan, sejumlah ruas jalan ditutup. Lebar jalan menyempit. Kemacetan nggak tertolong. Ketika underpass dikerjakan, ruas jalan dialihkan. Jelas terjadi kemacetan. Lebih parah lagi, nggak ada petugas yang mengatur lalu lintas, wuih kendaraan nggak bergerak. Kalau sudah demikian, karena tak ada polisi lalu lintas -- maaf -- jalan di Ibukota sekarang ini dalam kondisi darurat macet.
Para politisi sering menyebut, ketika pelayanan publik buruk sering disebut-sebut negara tidak hadir. Nah, kalau Jakarta sudah masuk tahap darurat macet seperti sekarang apakah juga bisa dikategorikan sebagai negara tidak lagi peduli. Kesan yang saya tangkap, aparat lalu lintas lebih banyak terlihat di jalan raya kala lalu lintas lancar dan rada sepi.
Lantas, apa hubungannya semua ini dengan ASN yang bekerja di Jakarta? Ya jelas, dong berkaitan. ASN harus melayani publik. Telat ke kantor berarti yang bersangkutan masuk kelompok kategori tidak disiplin.
Saya mencari tahu tentang aturan jam kerja bagi ASN. Saya temukan, salah satunya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 41 tahun 2014. Kementerian lain pun tentu punya aturan serupa. Disebutkan tentang aturan hari dan jam kerja.
Pegawai ASN wajib menaati ketentuan jam kerja dan hari kerja. Jam masuk kerja yaitu antara Jam 07.30 - 08.30. Waktu istirahat: Senin - Kamis jam 12.00 - 12.30 dan Jumat jam 11.30 - 12.30.
Jika melihat kondisi lalu lintas sekarang ini, mustahil bin mustahal seorang ASN yang berangkat usai subuh dari kawasan Cibubur bisa tiba di kantor Pukul 08.30 WIB. Apalagi untuk datang lebih awal. Berat rasanya.
"Berangkat subuh, masih saja telat," kata seorang ASN yang tak mau disebut jati dirinya. Sebelum berangkat, ia menyempatkan diri shalat subuh di tepi jalan karena merasa takut telat.
![Kawasan Pancoran juga macet. Foto | tirto](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/24/lrtjakarta-tirto-mico2-59eec2e7a208c017cb1ff554.jpg?t=o&v=770)
Yang jelas, konsekuensi yang dihadapi bagi ASN yang sering absen telat, salah satunya ditegur atasan meski sesekali atasan pun telat pula. Diberi teguran tertulis dan yang paling tidak menyenangkan adalah tunjangan kinerjanya dipotong. Adakah kelonggaran dari atasan bagi ASN di Jakarta yang sering telat lantaran macet?
Ini berita buruknya. Berapa besarnya? Penulis nggak pernah cari tahu tentang ini, hanya saja para tetangga sering berceloteh bahwa penghasilannya mengalami pernurunan. "Untung turunnya tidak menukik," kataku yang disambut cemberut.
Berbeda dengan nasib ASN di daerah. Jadi ASN di daerah sekarang paling menyenangkan. Ia tidak mengalami stres berat karena tiap hari tak ada halangan macet seperti di Jakarta. Bisa jadi, mereka bisa menabung lantaran gaji dan tunjangan kinerja sama seperti yang diterima ASN lainnya.
ASN di daerah bisa jadi pula lebih sejahtera. Sebab, banyak memiliki waktu untuk mencari tambahan dan memberi perhatian kepada anak untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Dibanding ASN di Jakarta, dengan kemacetan yang dialami, lebih banyak tua di jalan raya.
Siapa suruh datang ke Jakarta?