Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bolehkah Singkawang Jadi Kota Wisata Halal?

19 Oktober 2017   19:56 Diperbarui: 7 November 2017   20:22 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang selalu berlangsung meriah. Foto | Santoso Tour.com

Creative Strategic Expert, Taufan Permadi, yang sukses menggaungkan wisata halal Lombok hingga ke kancah internasional menyebut, 'ruh' dari wisata halal adalah rahmatan lil alamin yang merujuk pada membawa kesejahteraan bagi seluruh alam.

Jadi, terpenting ditonjolkan dari wisata halal ini adalah nilai-nilai keindahan, keamanan, kenyamanan, pesona suatu daerah, keramah-tamahan budaya dan masyarakatnya, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Islam.

"Bukan sex, drug atau alkohol," ia mengingatkan.

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang selalu berlangsung meriah. Foto | Santoso Tour.com
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang selalu berlangsung meriah. Foto | Santoso Tour.com
Kalau demikian, apa sih yang dapat dijual kepada wisatawan mancanegara tentang Singkawang itu?

Baiknya ditengok tentang kota Singkawang dengan luas luas wilayah 504 km persegi. Oom Wikipedia menyebut bahwa awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado.

Para penambang dan pedagang kebanyakan berasal dari negeri Tiongkok, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya.

Jadi, Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut.

Jika dilihat saat ini perkembangan Singkawang demikian pesat. Di antara para penambang sudah beralih menjadi petani, pedagang dan menetap di kota itu.

Penduduk kota Singkawang, yang awalnya bagian dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011, tercatat 246.306 jiwa dan 42 persen diantaranya Tionghoa. Sisanya Jawa, Dayak, Melayu dan suku lainnya. Seperti disebut di atas, orang Tionghoa sudah ada di kota ini sudah sejak ratusan tahun lalu ketika pertambangan Moterado dibuka. Orang luar bisa jadi melihat Singkawang sebagai Pecinan atau Chinatown.

Kelenteng di tengah kota yang banyak dikunjungi umat Buddha dan Konghucu. Foto | Santositour.com
Kelenteng di tengah kota yang banyak dikunjungi umat Buddha dan Konghucu. Foto | Santositour.com
Di kota ini ada beberapa tempat wisata menarik, antara lain pantai pasir panjang, Sinka Island Park, Sinka Zoo, Bukit Bougenville, Taman Chidayu, Teratai Indah, Pasar Hongkong, Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Danau Biru. Sedangkan budayanya yang paling menonjol adalah Cap Go Meh, Gawai Dayak Naik Dango.

Di kota Singkawang ini pula orang menjuluki sebagai kota seribu kelenteng. Vihara atau kelenteng ada di mana-mana, begitu pula tempat sembahyang yang lebih kecil, cetiya, ada di mana-mana. Antara mencatat hingga 2014 ada 704 bangunan vihara dan cetiya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun