"Yuk ikut Gomes! Sumpek rasanya di rumah melulu," ajak seorang ibu kepada rekannya melalui WhatsApp (WA) grup.
Ajakan itu dengan cepat mendapat sambutan hangat dari rekan-rekannya. Lantas, pesan yang diterima melalui para pemilik gawai secara serentak itu disusul dengan pengumuman dan syarat yang ditentukan.
Singkat kata, dalam WA kelompok itu lantas diketahui dan sepakati siapa yang menjadi ketuanya sebagai pengorganisir. Peran sang ketua adalah menyampaikan pesan antara lain berupa persyaratan kepesertaan untuk ikut Gomes, mulai jumlah anggota, seragam yang layak digunakan hingga jam berkumpul, di mana dan kapan.
Namun, belakangan baru tahu setelah isteri saya, yang masuk kelompok WA FH Universitas Trisakti Angkatan 20, sibuk mempersiapkan diri.
"Gomes itu singkatan dari Golden Memories," kata nyonyaku menerangkan.
Beruntung otak tidak telmi atau telat mikir. Mendengar sebutan "Golden Memories", tentu saja dapat dipastikan bahwa itu adalah salah satu acara program musik yang ditayangkan Indosiar.
Kini, pengamatanku, acara itu jadi kegemaran para ibu. Bahkan bisa disebut sebagai gaya hidup baru.
Kuamati, kepada ketua kelompok WA, nyonyaku minta dikirimi seragam via GoSend. Ketika baju seragam sudah diterima di kantornya, tak lama ia sedikit "ngedumel". Pasalnya, ia mendapat kabar bahwa jadwal acara Gomes ditunda karena jam tayangnya sudah di-booking untuk pertandingan sepak bola.
Maka, ia terpaksa harus menyesuaikan beberapa kegiatannya ke depan agar tetap bisa hadir dalam acara dimaksud.
"Acaranya diundur, Rabu (20/09/2017) petang," kata nyonyaku lagi sambil berharap agar aku dapat mengantar ke Studio 5 Indosiar, Jalan Daan Mogot, Jakarta.
Tempat dan jam tayang acara Gomes sudah ditentukan. Rombongan FH Universitas Trisakti Angkatan 20 baru datang tatkala waktunya sudah mepet. Sebelumnya, kusaksikan, para ibu dari berbagai instansi pemerintah dan komunitas lainnya sudah berkumpul di bawah tenda.
Di antara para ibu itu ada yang sibuk merias wajah. Penata rias nampak sibuk melayani para ibu pembesar. Sementara para pesohor, yang tampil pada acara ini tidak ikut bergabung. Mereka seperti Hetty Koes Endang, Iis Sugianto, Titi DJ, Ikang Fawzi, berhias di tempat yang sudah ditentukan panitia.
Komunitas yang ikut acara ini berasal dari berbagai instansi. Ada di antara peserta sudah menjabat anggota dewan, notaris, pengacara, pengusaha, ibu rumah tangga hingga kelompok reuni sekolah. Pokoknya, wah dan 'hebring'.
Sesuai dengan sebutannya, acara ini memang mengangkat lagu-lagu nostalgia atau lawas pada tahun 80 hingga 90-an. Catatan panitia, acara ini mulai tayang pada 11 Juni 2016. Dulu, acaranya live delay. Beberapa bulan berikutnya diubah menjadi siaran langsung.
Golden Memories adalah suatu ajang pencarian bakat bernyanyi lagu nostalgia. Pemenang pada musim lalu adalah Ussy Selly dari Ambon, Maluku dan tempat kedua ditempati Melody Sister dari Medan, Sumatera Utara.
Untuk ajang pencarian bakat musim kedua mulai tayang pada 21 Agustus dan memulai audisi pada 8 Juli di kota Ambon dan beberapa kota lainnya. Pembawa acara yang ditugaskan sama dengan musim sebelumnya yaitu Ramzi, Rina Nose, dan Irfan Hakim. Namun di musim ini Gilang Dirga akan turut menjadi pembawa acara. Sedangkan juri yang ditugaskan masih sama, namun posisi Hedi Yunus digantikan oleh Titi Dwijayati.
Menurutku, di sinilah kekuatannya mengapa para ibu kini "getol", mau bersusah-payah untuk hadir dalam acara Gomes.
Acara ini memang ternyata telah menjadi ajang reuni bagi para komunitas yang hadir. Aku yang semula hanya ikut mengantar istri diminta anggota FH Trisakti untuk ikut masuk. Kulihat dan kurasakan suasana keceriaan para ibu tampak sekali. Sudah cantik, ramah pula.
Di luar, mereka baru saja bertemu dengan rekan-rekan lama yang kini sudah memiliki anak dan cucu. Dengan baju seragam yang berbeda, tetapi rasa gembira mereka telah menyatu. Warna-warni pakaian yang dikenakan para ibu menambah suasana semakin indah dan meriah dengan dukungan penataan cahaya ruang apik.
Mereka, para ibu itu, hadir untuk memberi apresiasi kepada para pencipta lagu dan menikmati hasil karyanya yang telah demikian kuat berada di relung hati paling dalam.
Terlebih lagi lagu yang dibawakan telah saat itu sudah dikenal dan hafal. Pendek kata, kenangan indah di acara ini terasa lengkap bersama kawan lama. Saya termasuk orang beruntung. Sebab, ternyata, tidak semua peserta pada acara Gomes ini menyertakan suaminya.
"Aku, suami yang beruntung," kataku kepada nyonya tercinta.
Terima kasih, Gomes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H