Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meski Dibolak-balik, Kisah Ibrahim Tak Pernah Basi

31 Agustus 2017   13:58 Diperbarui: 1 September 2017   14:09 1645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kini menjelang wukuf di Arafah, kepadatan umat yang tawaf dan ibadah lainnya di kompleks Masjidil Haram mulai berkurang. Foto | Dokumen Pribadi.

Meski berulang-ulang dengan cerita yang sama, dikupas dan dibahas oleh generasi buyut, kakek, orang tua hingga zaman sekarang saat Idul Adha, kisah sosok Nabi Ibrahim tidak pernah basi karena sepak terjang dari "Bapak Monoteisme" ini memuat banyak pelajaran bagi umat manusia.

Nabi Ibrahim as dikenal sebagai pembawa semua agama samawi.  "Hai manusia Tuhan yang kamu sembah adalah Tuhan seru sekalian Alam, bukan Tuhan satu ras, bukan Tuhan satu kelompok dan bangsa tertentu."

Nabi Ibrahim adalah "Bapak Ketuhanan yang Maha Esa". Penganut agama Yahudi, Nasrani, dan Islam mengagungkan sosok Nabi Ibrahim.  Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa Tuhan yang disembahnya adalah Tuhan seru sekalian alam. Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan semua langit dan bumi (alam raya) QS Al-Anam (6):79).

Tentang ketuhanan ini, Nabi Ibrahim as menemukan dan membina keyakinan itu melalui pengalaman pribadi setelah mengamati gejala-gejala alam, seperti adanya bintang, bulan, dan matahari, kemudian pada akhirnya berkesimpulan bahwa bukan patung, bukan pula apa yang ada di bumi, tidak juga benda-benda langit, yang wajar disembah.

Nabi Ibrahim as menemukan tauhid. Penemun itu merupakan penemuan terbesar. Jika dibandingkan dengan penemuan manusia lain seperti listrik, rahasia tentang atom tidak sebanding dengan penemuan Nabi Ibrahim.

Mengapa. Alasannya, semua penemuan tersebut tunduk dan dikuasai oleh manusia, sedangkan penemuan Nabi Ibrahim as tentang tauhid itu menguasai jiwa dan raga manusia. Penemuan Nabi Ibrahim menjadikan manusia yang awalnya tunduk kepada alam, kini menjadi mampu mengatur alam.

KH Najmuddin ketika memberikan tausiyah kepada anggota majelis ta'lim As-Salam. Foto | Dokumen Pribadi.
KH Najmuddin ketika memberikan tausiyah kepada anggota majelis ta'lim As-Salam. Foto | Dokumen Pribadi.
KH Najmuddin memimpin doa seusai shalat Subuh. Foto | Dokumen Pribadi.
KH Najmuddin memimpin doa seusai shalat Subuh. Foto | Dokumen Pribadi.
***

Sebagian umat tentu ingat bahwa sampai usia tua, Ibrahim belum dikarunia keturunan. Ibrahim pun tak henti berdoa memohon kepada Allah SWT agar di beri keturunan yang shalih yang baik - baik "Rabbi habli minas Shaalihiin " (surat 37 ayat 100). Maka Allah SWT pun segera menyampaikan kabar gembira tentang hal tersebut.

Siti Sarah (istrinya) berkata kepada Ibrahim as: Sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak karenanya menikahlah dengan budakku ini, mudah - mudahan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya. Ibrahim pun akhirnya menikahi Hajar, budak Sarah.

Ustadz Najmuddin, di hadapan Majelis Ta'lim As-Salam Fakultas Hukum Angkatan 20 Universitas Trisakti pernah menyebut, meski perkawinan Ibrahim dan Hajar atas persetujuan isterinya, Siti Sarah, namun ke depannya tatkala Hajar tengah hamil, muncul percekcokan.

"Ya, pasalnya bukan lantaran harta dan nggak kebagian jatah, tapi intinya cemburu," kata Najmuddin yang disambut tawa peserta pengajian.

Singkat cerita,  Ibrahim membawa Hajar  yang tengah mengandung ke sebuah tempat di sekitar Mekkah. Hajar mempelajari bahwa Tuhan telah memerintahkan Ibrahim suaminya untuk meninggalkannya di gurun pasir yang bernama Faran dan Hajar menghargai keputusan itu.

Seusai melahirkan, Hajar bingung karena tak memiliki air. Sementara anaknya yang baru dilahirkan dalam keadaan sekarat. Hajar panik. Kemudian ia lari mendaki dua bukit yang terdekat secara berulang-ulang mencari air. Setelah tujuh kali mendaki, kemudian Jibril menyelamatkannya dengan memukulkan sayapnya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dari dalam tanah. Mata air ini disebut zamzam terletak dekat Ka'bah di Mekkah.

Kisah Hajar yang berulang-ulang berusaha mencari air untuk anaknya, ia berlari di antara bukit Safa dan Marwa kini menjadi bagian dari ritual bagi para umat Muslim yang tengah meninaikan ibadah umah dan haji, dikenal sebagai sa'i.

Sejatinya Nabi Ibrahim as tidak pernah lupa terhadap anak dan isterinya yang ditinggalkan di tempat yang sangat jauh, di padang pasir yang tandus,  tak terdapat manusia dan tumbuh tumbuhan. Ditinggalkannya dengan menyerahkan nasib keduanya hanya kepada Allah semata. Lebih lebih lagi terhadap anaknya Ismail, anak yang bertahun tahun diidam- idamkannya.

Diutuslah orang untuk mengetahui keadaan anak dan istrinya. Alangkah gembira dan bahagianya Ibrahim as, setiap orang yang diutusnya itu datang membawa kabar yang mengatakan keadaan anak dan isterinya dalam keadaan sehat walafiat. Apalagi di tempat itu muncul sebuah sumber mata air dan banyak didatangi musafir, sehingga wilayah itu menjadi ramai. Ibrahim bersyukur, berdoa, lalu bersyukur dan berdoa: Ya Allah, aku meninggalkan anak dan isteriku di tempat sepi yang tidak ada manusia dan tidak ada pula buah buahan. Berilah mereka rezeki yang merupakan air dan buah buahan, jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, agar mereka tidak hidup dalam kesepian.

Doa seorang bapa terhadap anak dan isteri dari pandangan mata, adalah termasuk doa yang sangat diperhatikan dan dikabulkan oleh Allah. Doa ini sesungguhnya dipanjatkan Nabi Ibrahim berlaku hingga hari Kiamat.

Nabi Ibrahim as, yang hidup abad 18 SM,  berada pada masa persimpangan jalan pemikiran manusia tentang kurban-kurban manusia untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa dan tuhan-tuhan mereka.

Perintah Allah kepada Ibrahim as untuk menyembelih anaknya (Ismail) adalah ujian terberat, sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Allah.

Ibrahim menjumpai puteranya Ismail ketika sudah besar. "Ketemu anak baru gede, gitu kira-kira," kata Najmudin sambil melemparkan humor agar peserta pengajian tetap dalam suasana segar menyimak tausiyahnya.

Ketika bermain-main bersama Islamil,  dalam perjalanan pulang kemalaman di kawasan Muzdalifah. Di sini anak dan bapak bermalam. Di kawasan itu pulalah, dalam ritual ibadah haji, bagi jemaah haji diperintahkan untuk bermalam (mabit). Ibrahim bermimpi.

Nabi Ibrahim as berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah bagaimana pendapatmu." Ismail menjawab, "Wahai ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Tatkala Nabi Ibrahim as menerima wahyu melalui mimpi agar menyembelih putranya Ismail. Perasaannya hendak menyangkal, ini bukan wahyu, ini bisikan iblis. Maklum, ayah mana yang tidak memberontak menerima perintah sekejam itu, padahal beliau baru sehari berkumpul dengan darah dagingnya setelah sebelas tahun berpisah.

Di sini Nabi Ibrahim as berulang-ulang diganggu setan. Ia pun melempar batu kecil ke arah si penggoda. Yaitu, setan. Melempar batu kecil ini belakangan dikenal sebagai melontar di kawasan jumroh. Juga, kemudian menjadi bagian dalam ritual haji.

Nalar Nabi Ibrahim as tergugah tatkala Ismail, putra kesayangannya itu, dengan tabah menjawab, "Ayah, laksanakan perintah Tuhan itu, mudah-mudahan akan Ayah saksikan nanti, putramu ini tergolong hamba-Nya yang bersabar."

img-3186-jpg-59a894931593445b3877def3.jpg
img-3186-jpg-59a894931593445b3877def3.jpg
Meski sudah tua, semangat menuntut ilmu agama tak kenal henti. Foto | Dokumen Pribadi.
Meski sudah tua, semangat menuntut ilmu agama tak kenal henti. Foto | Dokumen Pribadi.
***

Dari penggalan-penggalan kisah Ibrahim ini ada hikmah yang dapat dipetik. Yaitu, Nabi Ibrahim as diutus Allah sebagai rasul-Nya di tengah masyarakat yang kufur musyrik kepada Tuhan. Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar, seorang pemahat patung berhala sebagai sesembahnya, sedangkan Nabi Ibrahim sangat menentangnya (membencinya) berhala itu.

Nabi Ibrahim as mempunyai dua orang istri yang saleh dan anak keturunannya pun menjadi anak yang saleh pula. Bahkan menjadi rasul: Ismail dan Ishak.

Nabi Ibrahim as kepada Allah SWT agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan kembali makhluk (burung) yang telah mati. Permohonan itu bukanlah karena ia kurang percaya kepada Allah, melainkan untuk menambah ketentraman hati dan keyakinannya.

Untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan kita terhadap Allah SWT janganlah segan-segan bertanya dan meminta bimbingan. Walaupun beliau seorang Nabi dan Rasul Allah, Nabi Ibrahim as tetap berusaha untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan karena kimanan yang kokoh akan menambah ketentraman batin.

Kita ingat Nabi Ibrahim as berani memusnahkan patung berhala yang menjadi sesembah ayahnya dan kaumnya, sehingga beliau dijatuhkan hukuman mati, yaitu dengan dibakar. Nabi Ibrahim mendapatkan ujian berat, yakni disuruh menyembelih anak kandungnya (Ismail), maka perintah Tuhan dipatuhinya. Dan, karena itu Allah menggantikannya dengan seekor kambing sehingga anaknya selamat.

Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as agar menyembelih putranya sendiri adalah sebagai wujud kualitas ketakwaan dan kesabaran yang ditunjukkan kedua hamba Allah tersebut. Juga sebagai isyarat betapa pun besarnya cinta seseorang kepada sesuatu yang dimilikinya bukanlah sesuatu yang berarti jika Allah menghendakinya.

Kurban yang disyariatkan oleh agama dimaksudkan mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagian membutuhkan pengorbanan. Namun harus diingat bahwa yang dikurbankan bukan manusia, bukan pula nilai-nilai kemanusian, melainkan binatang sebagai pertanda bahwa pengurbanan harus ditunaikan. Dan, yang dikurbankan adalah sifat-sifat kebinatangan dalam diri manusia itu sendiri, yakni rakus, ingin menang sendiri, serta mengabaikan norma dan nilai.

Jadi, ada beberapa pesan-pesan moral Idul Adha yang dapat dipetik, baik berdimensi spiritual, emosional, maupun sosial yang seharusnya dapat dihayati dan dijabarkan di dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, terutama untuk kepentingan peningkatan kualitas iman.

Selamat Idul Adha 1438 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun