Tatkala Nabi Ibrahim as menerima wahyu melalui mimpi agar menyembelih putranya Ismail. Perasaannya hendak menyangkal, ini bukan wahyu, ini bisikan iblis. Maklum, ayah mana yang tidak memberontak menerima perintah sekejam itu, padahal beliau baru sehari berkumpul dengan darah dagingnya setelah sebelas tahun berpisah.
Di sini Nabi Ibrahim as berulang-ulang diganggu setan. Ia pun melempar batu kecil ke arah si penggoda. Yaitu, setan. Melempar batu kecil ini belakangan dikenal sebagai melontar di kawasan jumroh. Juga, kemudian menjadi bagian dalam ritual haji.
Nalar Nabi Ibrahim as tergugah tatkala Ismail, putra kesayangannya itu, dengan tabah menjawab, "Ayah, laksanakan perintah Tuhan itu, mudah-mudahan akan Ayah saksikan nanti, putramu ini tergolong hamba-Nya yang bersabar."
Dari penggalan-penggalan kisah Ibrahim ini ada hikmah yang dapat dipetik. Yaitu, Nabi Ibrahim as diutus Allah sebagai rasul-Nya di tengah masyarakat yang kufur musyrik kepada Tuhan. Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar, seorang pemahat patung berhala sebagai sesembahnya, sedangkan Nabi Ibrahim sangat menentangnya (membencinya) berhala itu.
Nabi Ibrahim as mempunyai dua orang istri yang saleh dan anak keturunannya pun menjadi anak yang saleh pula. Bahkan menjadi rasul: Ismail dan Ishak.
Nabi Ibrahim as kepada Allah SWT agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan kembali makhluk (burung) yang telah mati. Permohonan itu bukanlah karena ia kurang percaya kepada Allah, melainkan untuk menambah ketentraman hati dan keyakinannya.
Untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan kita terhadap Allah SWT janganlah segan-segan bertanya dan meminta bimbingan. Walaupun beliau seorang Nabi dan Rasul Allah, Nabi Ibrahim as tetap berusaha untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan karena kimanan yang kokoh akan menambah ketentraman batin.
Kita ingat Nabi Ibrahim as berani memusnahkan patung berhala yang menjadi sesembah ayahnya dan kaumnya, sehingga beliau dijatuhkan hukuman mati, yaitu dengan dibakar. Nabi Ibrahim mendapatkan ujian berat, yakni disuruh menyembelih anak kandungnya (Ismail), maka perintah Tuhan dipatuhinya. Dan, karena itu Allah menggantikannya dengan seekor kambing sehingga anaknya selamat.
Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as agar menyembelih putranya sendiri adalah sebagai wujud kualitas ketakwaan dan kesabaran yang ditunjukkan kedua hamba Allah tersebut. Juga sebagai isyarat betapa pun besarnya cinta seseorang kepada sesuatu yang dimilikinya bukanlah sesuatu yang berarti jika Allah menghendakinya.
Kurban yang disyariatkan oleh agama dimaksudkan mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagian membutuhkan pengorbanan. Namun harus diingat bahwa yang dikurbankan bukan manusia, bukan pula nilai-nilai kemanusian, melainkan binatang sebagai pertanda bahwa pengurbanan harus ditunaikan. Dan, yang dikurbankan adalah sifat-sifat kebinatangan dalam diri manusia itu sendiri, yakni rakus, ingin menang sendiri, serta mengabaikan norma dan nilai.