Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengajian Trisakti Mengaktualisasikan Pesan Idul Adha

22 Agustus 2017   21:21 Diperbarui: 23 Agustus 2017   08:43 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Najmuddin diskusi tentang berbagai hal dengan peserta wisata. Foto | Dokumen Pribadi

Bahasa gaul lebih banyak terlontar di tengah kerumunan perempuan-perempuan cantik. Suara kata-kata 'lu' dan 'gue' sering tertangkap telinga. Kadang mereka itu terlihat rada genit. Satu sama lain tak henti-hentinya saling tepuk bahu. Suara tawanya pun makin ramai, saling berebut ingin mengungkapkan rasa gembira di hadapan lawan bicaranya.

Mereka juga semakin tak merasa malu dengan sesamanya. Bahkan semakin asyik bersama kelompoknya dengan sebenar-sebentar minta secara berkelompok untuk swafoto. Di tempat makan, di restoran, museum, tepi Sungai Mahakam bahkan di dalam masjid pun mereka secara berkelompok minta diabadikan seluruh rangkaian kegiatannya.

Memang tidak ada selebritis di situ, tapi penampilan mereka semua sudah mengarah ke sana. Wajah-wajah perempuan cantik ini bisa jadi dikira masih berusia muda. Tapi, ternyata, ada di antara mereka sudah punya cucu. Soal tampilan, memang "wow". Mereka perlu diberi apresiasi karena pandai merawat tubuh. Dengan tubuh sehat, hidup tambah bermanfaat bagi orang banyak.

Namun jangan cepat-cepat memberi penilaian 'miring' terhadap para cewek cantik ini, karena mereka semua adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kepedulian sosial. Mereka ini tergabung dalam kelompok pengajian As-Salam Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20.

Foto bareng dengan KH Najmuddin sebelum bertolak ke Tenggarong. Foto | Dokumen Pribadi
Foto bareng dengan KH Najmuddin sebelum bertolak ke Tenggarong. Foto | Dokumen Pribadi
Foto bareng di Museum Mulawarman. Foto | Dokumen Pribadi
Foto bareng di Museum Mulawarman. Foto | Dokumen Pribadi
Mengapresiasi musik lokal yang dibawakan Lam Him, gitaris asal Dayak di pedalaman Kaltim. Foto | Dokumen Pribadi.
Mengapresiasi musik lokal yang dibawakan Lam Him, gitaris asal Dayak di pedalaman Kaltim. Foto | Dokumen Pribadi.
Kumpulan perempuan cantik ini, maaf, di dalamnya juga ada cowok berusia lanjut dan masih ganteng ikut ambil bagian. Tak ada "sekat" dalam pergaulan mereka. Strata sosial: kaya, miskin, pengusaha, birokrat, dosen hingga pengacara sekalipun merasa dirinya setara. Namun etika tetap terjaga, tentunya.

Ada di antara mereka menggunakan bahasa formal. Gaya bahasa kantoran banget karena sudah terbiasa bicara memimpin anak buah di lingkungan kerjanya. Akhirnya, meski terlihat rada kaku, bisa juga menyesuaikan diri.

Satu-sama lain merasa sederajat. Egaliter. Itulah gambaran kelompok pengajian Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20.  Suasana akrab dan gembira.  Perilaku mereka tidak berubah. Mereka tampak seperti sama seperti ketika masih menjadi mahasiswi 'tempo doeloe'.

Kelompok pengajian Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20 ini memang tak punya kantor sekretariat, tetapi "gawenya" spontan dan lebih nyata. Ketika ada bencana alam di berbagai tempat, mereka mengumpulkan dana untuk secepatnya mengirim utusan ke lokasi warga yang mengalami kesulitan. Menjelang Ramadhan, diam-diam mereka pergi ke kawasan Bantar Gebang. Ya, juga memberi bantuan.

Dan, pada akhir pekan lalu (18-20/2017) personel dari kumpulan pengajian ini beramai-ramai ke Balikpapan. Mereka sepakat menyebutnya sebagai wisata religi. Wisata itu bernuansa keagamaan bukan 'hura-hura', tapi tentu ada sesuatu yang ingin dipetik dari kegiatan itu.

Syekh Salim, sebagai sohibul bait yang juga ketua ukuwah Islam As-Salam FH Trisakti ini terlihat paling sibuk menjamu rekan-rekannya. Ia nampak ingin membagi rata kebahagiaan kepada seluruh rekannya dengan memboyong ke restoran sederhana hingga memotong kambing di kediamannya.

Ternyata, dan ini yang paling menarik, kumpulan pengajian ini bermaksud mengaktualisasikan pesan-pesan Idul Adha. Seolah sambil menyelam minum air, upaya berkumpul rutin dalam tiga atau empat bulan sekali sekaligus dijadikan momentum untuk menggaungkan dan mengingatkan kembali tentang pentingnya pesan Idul Adha yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Alasannya, puncak penyelenggaraan ibadah haji 2017 dan Idul Adha sudah diambang pintu.

KH Najmuddin diskusi tentang berbagai hal dengan peserta wisata. Foto | Dokumen Pribadi
KH Najmuddin diskusi tentang berbagai hal dengan peserta wisata. Foto | Dokumen Pribadi
Lag-lagi mejeng usai makan malam. Foto | Dokumen Pribadi
Lag-lagi mejeng usai makan malam. Foto | Dokumen Pribadi
Makan Lay, sejenis buah khas Kaltim mirip buah durian. Buah ini tak menimbulkan kolesterol tinggi. Nikmat. Foto | Dokumen Pribadi.
Makan Lay, sejenis buah khas Kaltim mirip buah durian. Buah ini tak menimbulkan kolesterol tinggi. Nikmat. Foto | Dokumen Pribadi.
***

Rasa lelah perjalanan Jakarta -- Balikpapan, ditambah kegiatan petang hari hingga larut malam, tidak membuat badan lantas menjadi berat untuk bangun tengah malam. Sementara Syekh Salim, selaku tuan rumah sudah mengatur kegiatan demikian ketat. Seluruh anggota pengajian sudah harus berkumpul di Masjid Al Amin Balikpapan, yang lokasinya tepat di muka hotel peserta bermalam.

Para alumni pengajian As-Salam Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20 ini sudah ditunggu ketuanya, Rudi Haris bersama KH  Najmuddin Shidiq untuk melaksanakan shalat tahajut dan sholat tobat. Usai kegiatan itu, acara dilanjutkan dengan mendengarkan tausyiah disusul tanya jawab berbagai hal yang menyangkut ibadah kesalehan sosial. Jemaah subuh dari kalangan masyarakat sekitar masjid bersangkutan ikut ambil bagian dalam acara itu.

Sebelumnya pada Jumat siang sebagian anggota pengajian diberi kesempatan "keluyuran" di Pasar Sayur di kota setempat yang banyak menjual pernak-pernik ciri khas karya etnis Dayak daerah itu. Bagi para perempuan cantik, acara ini dimanfaatkan sebagai peluang 'emas' untuk menyaksikan keindahan kota setempat. Sedangkan bagi peserta pria melaksanakan shalat Jumat.

Nyatanya memang para perempuan cantik dari Jakarta itu tak menyia-nyiakan kesempatan. Banyak pedagang yang bernasib untung, perhiasan manik-manik, tas bercirikan kedaerahan setempat, kalung, termasuk hiasan batu permata tak luput dari perhatian. Dan, banyak yang diborong.

Awalnya, banyak di antara peserta wisata relegi ini salah menilai tentang Pasar Sayur Balikpapan itu. Mereka menganggap benar-benar pasar sayur seperti pasar Induk Sayuran Kramat Jati di Jakarta. Ternyata, pasar 'oleh-oleh' bercirikan etnis Dayak. Kalau saja pasar ini bisa diangkat atau dipindahkan ke Jakarta, bisa jadi peserta tur ini memindahkannya. Pasalnya, setelah pulang, tas peserta "beranak".

Makan bersama sekaligus sebagai wisata kuliner mempererat silaturahim. Foto | Dokumen Pribadi
Makan bersama sekaligus sebagai wisata kuliner mempererat silaturahim. Foto | Dokumen Pribadi
Foto bareng usai di tepi Sungai Barito. Foto | Dokumen Pribadi
Foto bareng usai di tepi Sungai Barito. Foto | Dokumen Pribadi
Mandau sebagai senjata tradisional etnis Dayak gagal diangkat, karena benda tersebut hanya berupa patung di Bandara Sultan Aji Sulaiman Sepinggan. Foto | Dokumen Pribadi
Mandau sebagai senjata tradisional etnis Dayak gagal diangkat, karena benda tersebut hanya berupa patung di Bandara Sultan Aji Sulaiman Sepinggan. Foto | Dokumen Pribadi
***

Pengajian, di kediaman Syekh Salim pada Sabtu siang (18/8/2017), oleh KH Najmuddin diawali dengan membahas surat 108 (Al Kautsar).

1)       Innaa a'thainaa kalkautsar, 2) Fashallilirabbika wanhar. 3) Innasyaaniaka huwal abtar. Artinya : (1) Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, (2) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, (3) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

2)       Intinya : (1) Kita telah diberi nikmat yang banyak seperti nikmat sehat, Islam, silaturrahim, dll (2). Sholatlah karena Allah.

Manfaat kurban (1) membawa diri kita dekat dengan Allah. (2). Diri kita dipelihara oleh Allah. Artinya, Allah akan memelihara kita dari orang-orang yang iri dan dengki. (3) Memperoleh berkah dan rahmat-Nya.

Hai Ibrahim, sembelihlah kibas ini sebagai ganti anakmu Ismail itu, makanlah dagingnya, jadikanlah hari ini hari raya bagimu berdua, dan sedekahkanlah sebahagian dari dagingnya untuk fakir miskin sebagai korban. Darah tertumpah di atas batu membasahi bumi, bukan darah Ismail, tetapi darah seekor kibas yang gemuk dan sehat. Begitulah caranya Allah menebus korban Ismail dan korban Ibrahim.

Bantuan berupa mukena dan Alquran diserahkan kepada pengurus Masjid Al Hijrah. Foto | Dokumen Pribadi
Bantuan berupa mukena dan Alquran diserahkan kepada pengurus Masjid Al Hijrah. Foto | Dokumen Pribadi
Berdoa, usai memberikan bantuan di masjid. Foto | Dokumen Pribadi.
Berdoa, usai memberikan bantuan di masjid. Foto | Dokumen Pribadi.
Dari penjelasan itu, ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari Idul Kurban. Yaitu, Nabi Ibrahim a.s. diutus Allah sebagai rasul-Nya ditengah masyarakat yang kufur musyrik kepada Tuhan.

Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar, seorang pemahat patung berhala sebagai sesembahnya, sedangkan Nabi Ibrahim sangat menentangnya (membencinya) berhala itu. Nabi Ibrahim a,s berani memusnahkan patung berhala yang menjadi sesembah ayahnya dan kaumnya, sehingga beliau dijatuhkan hukuman mati, yaitu dengan dibakar.

Nabi Ibrahim a.s. dibakar, namun ia tidak terluka sedikitpun ketika ia keluar dari kobaran api yang menyala-nyala, sebab ia dilindungi Allah SWT.

Nabi Ibrahim a.s. mendapatkan ujian yang sangat berat, yakni diperintahkan menyembelih anak kandungnya (Ismail), maka perintah Tuhan dipatuhinya dan karena itu Allah menggantikannya dengan seekor kambing sehingga anaknya selamat.

Nabi Ibrahim a.s. mempunyai dua orang istri yang saleh dan anak keturunannya pun menjadi anak yang saleh pula, bahkan menjadi rasul. Nabi Ibrahim a.s. minta kepada Allah SWT. agar dapat memperlihatkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Permohonan itu bukanlah karena ia kurang percaya kepada Allah, melainkan untuk menambah ketentraman hati dan keyakinannya.

Untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan kita terhadap Allah SWT. janganlah segan-segan bertanya dan meminta bimbingan. Walaupun beliau seorang Nabi dan Rasul Allah, Nabi Ibrahim a.s tetap berusaha untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan karena keimanan yang kokoh akan menambah ketentraman batin.

Masih banyak hikmah yang dapat dipetik dalam kegiatan wisata religi ini. Tentu jika ditulis tak cukup dalam satu buku tebal. Yang jelas, lakukanlah perintah untuk berkurban. Sebab, di dalamnya sarat muatan berkah yang diridhoi Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun