Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kata Eyang Ceger, Abu Jahal Masih Ada di Mekkah

16 Agustus 2017   11:36 Diperbarui: 16 Agustus 2017   20:10 6105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, 'Amru bin Hisym atau lebih dikenal dengan Ab Jahal. Foto | sirah-nabawiyyah

Eyang Ceger sudah dua hari ingin bercerita kepada cucunya tentang kelakuan para penipu di Tanah Suci. Mumpung masih seger ingatan, apa lagi waktunya tepat saat musim haji yang pelaksanaan wukufnya tinggal menghitung hari.

Eyang yang memiliki nama asli Abdul Djamil bin Sirun Siun sejatinya lebih suka dipanggil engkong, sesuai dengan budaya Betawi bahwa orang yang sudah lanjut usia pantas disebut demikian. Tetapi anak-anak gadis cilik di kediamannya lebih menyukai memanggi Abdul Djamil dengan eyang diembel-embeli nama daerahnya, kawasan Ceger. Maka, jadilah ia disebut Eyang Ceger.

Si pemilik nama, meski dipanggil eyang tidak melancarkan protes kepada anak-anak kecil yang setiap hari menyebut dirinya seperti itu. Malah, kalau Eyang memiliki duit kecil atau permen, dibagikannya anak-anak cilik dari balik setir mobilnya.

"Gue mau ngoceh nih. Lu kudu' inget, di sono juga masih ada Abu Jahal," kata Eyang Ceger mengagetkan cucunya, Zakaria yang esok hari sudah harus bertolak ke Tanah Suci.

Zakaria masuk gelombang kedua pemberangkatan haji. Ia langsung ke Mekkah setelah pesawat yang membawanya mendarat di Jeddah, lantas diteruskan perjalanan darat ke Mekkah. Berbeda dengan gelombang pertama, langsung ke kota Madinah dan pulang lewat Jeddah setelah menyelesaikan seluruh ritual ibadah haji di Mekkah, termasuk wukuf di Arafah berlanjut ke Musdalifah dan Mina. Untuk gelombang kedua, pulang lewat Madinah setelah seluruh jemaah menyelesaikan arbain di kota tersebut.

Perjalanan ibadah haji memang sudah mengalami perubahan. Tiga tahun silam seluruh jemaah diangkut dengan pesawat Garuda atau Saudi dengan menggunakan satu Bandara King Abdul Aziz Jeddah, baik untuk berangkat maupun kepulangan.

"Haji sekarang lebih simpel, efisien. Kalo diitung, ritual haji bisa dilaksanakan dalam satu minggu," cerita Eyang Ceger. Lantas, ia melanjutkan celotehnya.

"Biar sekarang makin enak perjalanannya, tetapi lu penting waspada. Soalnye, Abu Jahal nggak pernah ada matinye," katanya yang disambut muka heran Zakaria dan iserinya.

Sementara beberapa orang yang datang ingin mengucapkan selamat jalan kepada calon haji, Zakaria dan isterinya mendengar ucapan Abu Jahal nggak pernah mati mendadak sontak mengalihkan pandangan dan perhatiannya kepada Eyang Ceger.

Zakaria: "Abu Jahal itu hidup di zaman Nabi Muhammad, ketika zaman jahiliyah. Kok Eyang nyebut nggak pernah mati. Kalo gitu, Abu Jahal punya kesaktian melebihi mukzijat yang dipunyai nabi-nabi sebelumnya."

Eyang : "Lu sekolah tinggi-tinggi. Sampe ke luar negeri segala. Tapi, kepinteran nggak digunain. Nyang gue maksud, kelakuan Abu Jahal yang masih ade, masih hidup sampe sekarang."

Mendapat penjelasan dengan nada tinggi, Zakaria paham bahwa yang dimaksud perilaku buruk di Tanah Suci masih ada. Biar pun itu di kota Mekkah atau Madinah, kejahatan tak kenal tanah haram atau dimana pun. Pesan yang ditangkap bagi cucu sang Eyang adalah kapan dan dimana pun, terutama saat menunaikan ibadah haji, dirinya penting meningkatkan kewaspadaan. Hati-hati.

***

Eyang Ceger seolah belum puas berceloteh. Ia minta anak-anaknya, termasuk cucunya yang hendak menunaikan ibadah haji itu untuk ngeriung, duduk bersama di ruang tamu. Di atas bele terbuat dari kayu jati Jepara, Eyang nampak gagah mengenakan sarung dan kaos oblong dengan ikat pinggang lebar. Sayang, songkoknya rada bule karena sudah usang menemani dirinya yang makin 'tuwir'.

Sambil duduk bersila, kaki dilipat ia menyeruput kopi racikan bininya yang setia setiap saat berada di rumah. Eyang sepertinya tak ingin cepat-cepat menyedot kopi di gelas cepat habis, tetapi lebih banyak ngomong 'ngalor-ngidul'. Nggak fokus. Sehingga ia pun perlu diingatkan bahwa ia tengah memberi wejangan tentang orang yang akan menunaikan ibadah haji.

"Gue nggak bermaksud menakut-nakuti Zakaria yang besok berangkat haji. Naik pesawat kan sekarang enak, paling 12 atau 13 jem udah sampe di Jeddah. Kalo gue dulu, pake kapal laut. Baru sampe bukan seminggu, tapi bisa dua bulan di jalan," katanya bersemangat.

"Kalo ada nyang meninggal, mayatnya di lempar ke laut. Kalau ada yang sakit di jalan, nggak kaya sekarang, berobatnya enak. Rumah sakit di Saudi serba lengkap," ia menambahkan.

Suasana di kediaman Eyang saat itu makin ramai. Anak dan cucu yang tengah mengerumuni sang Eyang menjadi perhatian para tamu. Mereka pun nimbrung, ikut kumpul. Awalnya, di antara para tamu tersebut ada yang bertanya-tanya ada apa eyang dikelilingi anggota keluarganya.

"Lu, kan pernah dengar orang tua dulu berangkat haji dengan kapal Arafat, Beleabeto. Gue lupa deh namanya. Itu dulu," kata Eyang yang disambut anggukan kepala anak dan cucunya.

Eyang makin bersemangat. Ia pun memohon agar pesannya diperhatikan. Satu kata pun tak boleh ada yang terlewat untuk tidak didengarnya.

***

Dalam lembaran sejarah, tutur Eyang Ceger, Abu Jahal itu masih anggota keluarga besar Nabi Muhammad SAW. Tetapi, nggak kalah jahatnya dengan koruptor di negeri ini. Nah, kalau sekarang ada orang menyebut Abu Jahal, dapat dipastikan peri laku Abu Jahal masih bergentayangan.

"Kaya memedik, setan ada di mana-mana," katanya dengan nada tinggi.

"Gue ingetin ame lu pade. Peri laku itu bisa dilihat saat jemaah di Tanah Suci dibujukin dengan kata-kata manis," kata Eyang.

Zakaria: "Gimane yang nipu-nipu ntu?"

Yang penting diwaspadai penipuan di Mekkah, yang berkaitan dengan ibadah haji adalah soal bayar dam. Setiap orang pergi haji kan harus bayar dam, karena melanggar aturan seperti memotong kuku ketika mengenakan ihram dan sebagainya.

Karena orang nggak tahu cara bayar dam, di situlah Abu Jahal nongol. Ia muncul memanfaatkan peluang. Abu Jahal sekarang nggak pake jubah, tampilannya sama dengan kebanyakan jemaah haji dari Tanah Air. Kadang pake atribut petugas. Oknum.

"Saran gue, bayar dam ke bank Araji. Mobil kelilingnya banyak. Nggak perlu ke Kakiyah," ia menegaskan.

Menambahkan penjelasannya, Eyang menyebut, kalau semua orang pergi ke pemotongan hewan di Kakiyah pasti satu hari suntuk antriannya panjang. Kadang jemaah di bawah ke sana. Kambing yang dipotong sekaligus disebutkan nama pemiliknya. Kalau semua orang motong kambing, bakal repot orang Mekkah ngurusi daging hewan melulu.

"Die pura-pura motongin kambing, tapi kambing milik kite nggak pernah nongol. Ati-ati penipu bayar dam, katanya mengingatkan.

"Jemaah haji jumlahnya kan jutaan. Lu itung, berapa juta kambing dipotong hari ntu," kata Eyang semangat.

"Copet juga masih banyak. Jangan lukira di depan Ka'bah nggak ada copet. Dompet eyang nih, kalo nggak diumpetin diembat oleh orang kite juga di sono," ceritanya sambil mengingat peristiwa naas yang menimpa dirinya ketika menunaikan ibadah haji.

Ia juga berharap Zakaria tidak terpedaya dengan para 'joki' mencium Hajar Aswad. "Joki bukan 3 in 1 di jalan Thamrin aja, di sono juga ade," katanya.

Pokoknya, menurut Eyang Ceger, cucunya dimina untuk ekstra hati-hati. Sebab, Abu Jahal masih bergentayangan di Tanah Suci. Bahkan di Masjidil Haram sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun