Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kelahiran Anak sebagai Amanah

23 Juli 2017   22:23 Diperbarui: 24 Juli 2017   09:51 1925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang tua memperhatikan pertumbuhan anak, bermain dengan penuh kasih sayang. Foto | Dokumen Pribadi.

Lebih dua pekan penulis melakukan pengamatan langsung kepada para pasangan usia muda, para bapak yang tengah mempersiapkan dan menanti kelahiran anak dan pasangan usia subur yang tengah melakukan pemeriksaan kesehatan.

Mereka ini rutin, sesuai dengan jadwalnya, melakukan pemeriksaan terkait dengan kandungan dan kesehatan ibu dan bayi di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RS Budhi Asih, Jakarta Timur.

Pengamatan dilakukan sejak akhir Juni 2017 dimaksudkan untuk menambah pemahaman dan pengetahuan penulis, agar tulisan yang dituangkan dalam rubrik ini ada sedikit tambahan 'warna'. Gitu kira-kira maksudnya. Terlebih penulis awam dalam bidang kesehatan ibu dan anak.

Antrean pasien di ruang kandungan dan kebidanan. Bapak dan Anak ikut sibuk. Foto | Dokumen Pribadi.
Antrean pasien di ruang kandungan dan kebidanan. Bapak dan Anak ikut sibuk. Foto | Dokumen Pribadi.
Repotnya para ibu yang mengontrol kesehatan bayinya tanpa didampingi suami. Foto | Dokumen Pribadi.
Repotnya para ibu yang mengontrol kesehatan bayinya tanpa didampingi suami. Foto | Dokumen Pribadi.
Empat sampai lima kali penulis mendatangi rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta itu. Butuh kesabaran, karena lantai empat Poli Kebidanan rumah sakit ini tiap hari dipenuhi pasien mengantre dengan dukungan fasilitas BPJS Kesehatan.

Beragam tingkah ibu dan bapak terlihat.  Ada pasangan suami-isteri tampil seperti dua remaja tengah berpacaran. Sang suami memapah isteri yang perutnya gendut. Hamil tujuh bulan. Kadang ada isteri yang tengah "ngos-ngosan" jalan diberi semangat suami dengan cara mencium keningnya. Sang isteri telihat malu, tapi sang suami cuek. Orang sekeliling yang menyaksikan adegan mesra ini banyak melempar senyum dan cepat-cepat mengalihkan pandangan. Pura-pura tak melihat, padahal senang.

Seperti dimaklumi, fungsi poli kebidanan dan kandungan adalah untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan janin atau bayinya. Awalnya, penulis menduga bahwa yang datang ke poli kebidanan RS Budhi Asih itu hanya kalangan para ibu hamil saja. Ternyata sang bapak ikut mengantar. Penilaian penulis, ikutnya sang bapak dalam proses pemeriksaan sang bayi banyak keuntungan yang diperoleh.  Sang bapak dapat mengetahui proses kandungan sang bayi hingga masa menjelang dan pelayanan persalinan.

Seorang bapak tengah menggendong bayi. Ia ikut mengantar isteri memeriksakan kesehatannya. Foto | Dokumen Pribadi.
Seorang bapak tengah menggendong bayi. Ia ikut mengantar isteri memeriksakan kesehatannya. Foto | Dokumen Pribadi.
Di tempat yang sama, bapak ini juga ikut mengantar isteri sambil menggendong bayinya. Foto | Dokumen Pribadi
Di tempat yang sama, bapak ini juga ikut mengantar isteri sambil menggendong bayinya. Foto | Dokumen Pribadi
Di ruang tunggu, seorang bapak berusia muda nampak gelisah. Sebentar-sebentar ia meninggalkan kursi yang diduduki. Berdiri. Kemudian, ia kembali duduk lagi. Lalu berjalan keliling. Pria sedikit berambut gondrong dan dekil karena sudah lama terlihat tak mandi, rupanya tengah menanti proses kelahiran isterinya. Saat itu, menjelang magrib, lelaki muda ini seperti orang putus asa karena sering menarik nafas dalam-dalam.

Seorang Satpam memanggil dengan menyebut nama anggota keluarganya. Rupanya sang pria gondrong ini sendirian menemani isterinya yang tengah menanti proses kelahiran bayinya. Ia cepat-cepat berlari dan ikut langkah Satpam ke kamar operasi. Diam-diam aku ikut membuntuti. Dari arah belakang kusaksikan lelaki ini nampak gemetar.

"Berani gondrong, kok pengecut. Jangan sok jago kalau berambut gondrong," kataku dalam hati.

Tak berapa lama ia pun keluar dari ruang persalinan. Wajahnya sumringah, kadang melempar senyum kepada siapa saja yang dijumpai.

"Lagi gile ntu orang," ujar seorang ibu sambil berlalu, mengomentari tingkah lelaki gondrong tadi dengan logat Betawi medok.

Maklum, Pukul 17.00 hingga 19.00 WIB adalah jam besuk. Saat itu banyak para ibu membesuk anggota keluarganya. Suara ibu-ibu terasa ramai, bagai pasar tradisional dengan suara gelak tawa dan sedih. Ada di antara para pengunjung itu bercakap-cakap menggunakan bahasa daerah: Jawa, Batak, Sunda, Palembang dan Betawi.

Ada di antara pengunjung terlihat sedih  karena anggota keluarganya wafat. Ada yang terlihat senang karena menyaksikan pasien yang baru dibesuk kembali sehat, operasinya berhasil dan diizinkan manajemen rumah sakit untuk kembali ke kediamannya masing-masing.

Tak kalah seru jika menyaksikan para bapak menggendong bayi. Para bapak ini menemani isterinya untuk melakukan kontrol di Poli Kebidanan dan Kandungan. Sebelumnya para bapak dan ibu melakukan pendaftaran di lantai dasar rumah sakit setempat. Setelah mendapat kepastian hari dan jam pemeriksaan, barulah mereka naik ke lantai tiga.

Seorang ibu tengah mengantarkan ibunya berobat ke rumah sakit. Kasih sayang anak kepada orang tua. Foto | Dokumen Pribadi
Seorang ibu tengah mengantarkan ibunya berobat ke rumah sakit. Kasih sayang anak kepada orang tua. Foto | Dokumen Pribadi
Orang tua memperhatikan pertumbuhan anak, bermain dengan penuh kasih sayang. Foto | Dokumen Pribadi.
Orang tua memperhatikan pertumbuhan anak, bermain dengan penuh kasih sayang. Foto | Dokumen Pribadi.
Di ruang tunggu pemeriksaan poli ini, para pendamping tak diperkenankan menemani pasien. Hanya pasien saja yang dibenarkan di ruang tersebut. Permintaan itu datang dari Satpam. Saat bersamaan, di ruang itu, banyak di antara para bapak yang menggendong bayi merasa keberatan beranjak dari ruang tersebut.

Pasalnya, sang bapak terlihat merasa khawatir tentang kesehatan ibu sang bayi. Di saat yang sama, kadang bayi menangis dan butuh sang ibu untuk diberikan ASI.

"Wah, rese'. Nyebelin nih Satpam," keluh seorang bapak berusia muda.

Akibatnya, sering terjadi "main kucing-kucingan". Tatkala Satpam menjauh, sang bapak baru bisa leluasa masuk ke ruang untuk menjumpai isterinya. Ia kembali mengambil peran ibu, menggendong sang bayi kesayangan.

Dari gambaran aktivitas sang suami mendampingi isteri selama di rumah sakit ini, saya dapat memetik pelajaran bahwa jika saja kasih sayang sang bapak itu dapat terus terpelihara maka potensi lahirnya keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah - damai, tentram dan saling mencinta, dan menyayangi - dapat terwujud.

Siapa pun sering mendengar bahwa seorang bapak adalah pemimpin dalam keluarga, pendorong dan pemberi motivasi anak guna menumbuhkan rasa ingin tahu, mendisiplinkan anak agar menjadi anak sholeh dan sholeha.

Anak tak cukup diberi tahu, dilengkapi pendidikannya, dicukupi sandang dan pangan. Tetapi perlu kasih sayang. Terlebih, anak adalah peniru ulung. Untuk itu, ayah atau bapak dan ibu wajib memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sehingga diharapkan anak-anaknya pun bisa tumbuh menjadi anak yang berbudi pekerti luhur.

Anak adalah amanah. Ia juga jadi penentu masa depan bangsa. Pada peringatan Hari Anak Nasional (HAN) di Pekanbaru, Riau, Presiden Joko Widodo atau Jokowi hadir. Penting ditekankan, keluarga merupakan awal mula pembentukan kematangan individu dan struktur kepribadian seorang anak.

Selamat hari anak nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun