Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memiliki Potensi, tapi Mengapa Mauk Tak Bersemangat Jadi Kota Bahari?

16 Juli 2017   09:05 Diperbarui: 16 Juli 2017   21:04 2828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah pelajaran memanggil pemuda dan pemudi untuk menjadi taruna. Foto | Dokumen Pribadi

Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat pada 2013 sebanyak 3.157.780 jiwa dan di Kecamatan Sukadiri tercatat sebanyak 55.039 dan Kecamatan Kemiri 41.964.  Di dua kecamatan ini warganya heterogen, terdiri dari etnis Jawa (Jawa Banten), Sunda, Betawi dan Tionghoa.  Jika ditilik lebih jauh, suku Jawa kebanyakan berasal dari Cirebon yang kemudian berasimilasi dengan penduduk Banten.

Jembatan di kawasan itu tengah diperlebar. Foto | Dokumen Pribadi
Jembatan di kawasan itu tengah diperlebar. Foto | Dokumen Pribadi
Pedagang Ikan di tepi jalan. Foto | Dokumen Pribadi
Pedagang Ikan di tepi jalan. Foto | Dokumen Pribadi
Sementara suku Sunda menjadi warga asli setempat. Hal ini dapat dipahami karena Mauk tempo doeloe masuk  kekuasaan Kerajaan Padjadjaran. Sedangkan suku Betawi dan Tionghoa adalah pendatang dari Batavia (Jakarta).

Eko, seorang nelayan di Mauk mengaku sudah usia kecil menjadi nelayan di kawasan itu. Ia memang "medok" dengan logat Cirebonnya tetapi lebih suka disebut sebagai etnis Banten. Nelayan di sini kebanyakan berasal dari Jawa Timur. Etnis dari Makassar pun ada. Mauk yang sudah dimekarkan menjadi dua kecamatan itu, seperti dikemukakan banyak warga nelayan setempat sangat ideal sebagai kawasan bahari.

Lihat pedagang ikan segar di sepanjang jalan. Sayangnya mereka tidak ditata dengan baik. Belum ada dorongan kuat dari para pemangku kepentingan menjadikan wilayah itu sebagai kawasan bahari. Perkembangan kota seperti berjalan sendiri. Pembangunan infrastruktur, seperti jalan dan bangunan, berlangsung tidak tertata apik. Tambal sulam. Padahal nenek moyang warga sudah lama dikenal sebagai pelaut.

Kenapa potensi mereka dibiarkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun