Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasi Uduk Mpok Ira, Diminati dengan Segala Bumbunya

7 Juli 2017   21:06 Diperbarui: 8 Juli 2017   05:44 2410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian suasana makan di warung nasi uduk. Penikmat mulai berkurang karena hari makin siang (Dokumen Pribadi)

Yang menarik, para ibu anggota pasien mengeritik fasilitas rumah sakit itu. Soal kebersihan, mereka berharap Satpam bersikap tegas soal ini. Termasuk juga toilet di sejumlah kamar pasien dan beberapa lantai rusak, air tak ngalir.

Sebagian suasana makan di warung nasi uduk. Penikmat mulai berkurang karena hari makin siang (Dokumen Pribadi)
Sebagian suasana makan di warung nasi uduk. Penikmat mulai berkurang karena hari makin siang (Dokumen Pribadi)
"Ngeselin kalo soal ini. Kalee kita ini cuma pasien BPJS," ungkap seorang ibu.

Diskusi makin hangat, ketika sekelompok penikmat nasi uduk membahas anggota dewan dan pejabat di negeri ini. Tentu pembahasan sambil mengunyah nasi uduk. Putra Joko Widodo, president kita masuk jadi bahasan, meski mereka tidak tahu asal muasal mengapa putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep jadi ramai di media sosial.

Namanya juga warung pinggiran, orang yang berceloteh seperti itu tak bisa dimintai penjelasan lebih dalam. Soalnya, mereka pun tak memperoleh dari sumber informasi seutuhnya. Informasi sepotong-potong yang kemudian diangkat dalam disuksi guna menambah nikmat makan nasi uduk.

Nasi uduk habis disantap, tapi pembahasan tak kunjung selesai. Warga pelanggan nasi uduk tak melanjutkan diskusi. Bubar begitu saja. Rupanya, tuntutan mencari sesuap nasi harus jadi prioritas. Tapi, bukan segenggam berlian yang mereka cari. Bukan pula mencari kekayaan yang pada akhirnya dapat mengantarkan untuk nginap di hotel prodeo.

Jangan lupa, bayar tuh nasi uduknya dulu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun