Riwayat Lapangan Banteng, Kok Begini?
Bagi para orang tua berusia lanjut, entah kini masih berdomisili di Jakarta atau kawasan daerah pinggir tentu masih kuat ingatannya tatkala disebut Lapangan Banteng. Apa lagi ingatan para orang tua ini dibangkitkan dengan cerita soal kendektur bus antarkota dan dalam kota yang kerap berteriak: "banteng, banteng... banteng!".
Paling tidak, para orang tua akan mengenangnya dengan tawa terkekeh sambil memperlihatkan giginya yang tinggal dua. Ya, seperti lagi burung kakak tua. Gitu kira-kira.
Lantaran para kondektur sengaja mengeraskan sebutan banteng, kadang mereka harus berhadapan dengan simpatisan atau pendukung Golongan Karya atau Golkar yang saat itu tak mau disebut sebagai partai, tetapi sebagai golongan para karyawan (birokrat).
Saat itu, Lapangan Banteng sebagai terminal pusat. Lainnya, Terminal Grogol, Priok, Rawamangun, Pulo Gadung, dan Terminal Cililitan berada di beberapa wilayah. Jika anda tak tahu arah atau nyasar, datang saja ke terminal Lapangan Banteng ini. Maka, anda akan mudah mendapatkan bus tujuan yang diinginkan. Sama seperti halnya Halte Busway Central Harmoni untuk saat ini.
Hanya saja, di Terminal Banteng saat itu kondisinya sangat sarat dengan kesibukannya. Selain kotor, juga bising. Suara teriak manusia seolah tak henti-hentinya diselingi deru kenalpot bus dengan polusi tinggi. Knalpot mengeluarkan asap hitam. Persis kompor meleduk seperti lagu yang dibawakan Benyamin Sueb.
Belum lagi para preman saling adu kuat, saling cari pengaruh. Perkelahian sering terjadi. Ditambah lagi perkelahian antarpelajar kerap mewarnai kawasan itu. Wah, seru banget.
Jika anda kenal baik dengan bos preman setempat, keberuntungan bisa berpihak kepada anda. Pasalnya, saat dompet dicopet dan kemudian lapor kepada kepala preman maka barang anda yang hilang akan mudah ditemukan. Para copet setiap memperoleh hasil akan melapor kepada sang bos.
Yang jelas, anda akan memperoleh sial. Pasalnya, dari hasil ramalan peramal itu anda akan dimintai duit. Sekecil apa pun imbalan yang anda berikan, peramal ini akan menerima. Jika tidak, anda akan dipersulit karena rekan-rekan mereka segera datang. Seolah ingin mengeroyok. Rempong deh pokoknya saat itu.
Sebagian orang tua yang kini menjadi pejabat banyak di antaranya menyimpan kenangan manis di Lapangan Banteng. Loh kok, bisa manis, ya?. Ya, jelas. Sebab, isteri-isteri mereka sekarang adalah mantan pacarnya yang sering membuat janji bertemu di Terminal Lapangan Banteng itu. Maklum, saat itu, mahasiswa masih menjadikan bus sebagai andalan menuju kampus yang banyak bertebaran di wilayah Jakarta Pusat.