Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Setelah WNI Pulang dari Suriah, Lalu Apa?

4 Juli 2017   15:28 Diperbarui: 5 Juli 2017   19:27 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebanyak 17 WNI ingin pulang ke Indonsia. Mereka sakit-sakitan (Foto: Kaba12.co.id)

Mengantisipasi datangnya WNI dari Suriah, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo telah meminta seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk ikut memantau WNI yang kembali dari Suriah. Permintaan tersebut sebagai upaya menindaklanjuti harapan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Suhardi Alius kepada pemda agar membantu mengoptimalkan pencegahan aksi-aksi terorisme di daerah.

Kepada kepala daerah diharapkan dapat melakukan pembinaan terhadap WNI dari Suriah. Permintaan ini jelas menggambarkan betapa seriusnya BNPT sehingga Kemendagri membuat radiogram sampai tiga kali.

Tjahjo Kumolo, dalam pesan tertulis resmi yang dikirimkan melalui radio tersebut, telah meminta kepada kepala daerah dan jajaran pemda, yakni Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), untuk ikut memantau serta mendata warga yang baru kembali dari negara tempat kelompok radikal ISIS bermarkas tersebut.

Tjahjo juga berpesan kepada pemda untuk mengoordinasikan permintaan pengawasan tersebut dalam forum koordinasi pimpinan daerah (Forkompimda) tingkat kabupaten dan kota. Suhardi Alius mencatat sudah ada ratusan WNI yang kembali dari Suriah, yang telah menyebar di seluruh Indonesia. Ia berharap pendatang dari Suriah itu perlu mengikuti program deradikalisasi terlebih dahulu, sebelum dikembalikan ke tempat tinggal masing-masing.

Mantan Sekretaris Utama Lemhannas RI ini menjelaskan setiap WNI yang baru kembali dari Suriah juga akan melalui sistem verifikasi dari BNPT, sebelum kemudian menjalankan program deradikalisasi. 

"Siapa yang menjamin mereka radikal? Tapi sebagai pencegahan, kami kasih pencerahan dan diberikan program deradikalisasi," ujar dia di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (3/7).

Upaya BNPT dengan program deradikalisasi ini perlu disambut gembira. Namun dalam optimalisasinya perlu melibatkan majelis ulama Indonsia atau MUI, organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam, para dai, ulama dan tokoh-tokoh agama.

Menengok ke belakang, tatkala kampanye Pilkada kemarin betapa efektifnya melibatkan dai dan ulama sehingga ikut mewarnai pilihan umat. Lantas, mengapa pendekatan dengan kelompok agama ini untuk memerangi terorisme dan radikalisme "gregetnya" terasa kurang? Jangan-jangan apakah karena anggaran dari Kementerian Agama -- yang bertanggung jawab mengurusi agama-agama-- untuk ini tidak ada?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun