Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terorisme Versus Islam rahmatan lil alamin; Perlu Early Warning

29 Juni 2017   12:35 Diperbarui: 29 Juni 2017   20:45 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggota Provos Polresta Surakarta, Brigadir Kepala Bambang Adi, bermaksud menahannya, tapi si pengendara terus melaju. Saat itu, Bambang berusaha mengejar. Tepat di depan kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu, ledakan terjadi yang menewaskan si pengendara. Adapun Bambang terluka pada bagian wajah dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Panti Waluyo, Solo.

Mencermati kejadian-kejadian teroris dalam dua tahun terakhir itu, pelaku kebanyakan menyerang kantor dan atau personel kepolisian.  Hal ini bisa terlihat pula pada kejadian di Sarinah pada 14 Januari 2016.

Sedikitnya enam ledakan, dan juga penembakan di daerah sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia pada tanggal. Ledakan terjadi di dua tempat, yakni daerah tempat parkir Menara Cakrawala, gedung sebelah utara Sarinah, dan sebuah pos polisi di depan gedung tersebut. Sedikitnya delapan orang (empat pelaku penyerangan dan empat warga sipil) dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka akibat serangan ini. Tujuh orang terlibat sebagai pelaku penyerangan, dan organisasi Negara Islam Irak dan Syam mengklaim bertanggung jawab sebagai pelaku penyerangan.

Ancaman teroris ke markas polisi dan personelnya masih berpotensi terulang lagi sepanjang 2018. Hal itu dikuatkan dengan pernyataan dari Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kepolisian (Lemkapi) Edi Hasibuan dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (28/6/2017).

Diperkirakan aksi teror masih akan mewarnai tren kejahatan pada 2018 dengan sasaran utama anggota dan markas kepolisian.

Berdasarkan penelitian di lapangan dari tahun ke tahun disimpulkan ada kecenderungan pergeseran dari sasaran obyek vital berupa perkantoran milik asing dan tempat ibadah kini bergeser kepada sasaran obyek markas kepolisian dan anggotanya.

Imam besar Istiqlal KH Nasaruddin Umar (Ahmad Romadoni/Liputan6.com)
Imam besar Istiqlal KH Nasaruddin Umar (Ahmad Romadoni/Liputan6.com)
Ini 'early warning'

Keyakinan Lemkapi itu jika melihat catatan dalam dua tahun terakhir, ada dua markas polisi yang menjadi sasaran teror yakni Polres Banyumas dan Polres Surakarta serta ada empat anggota Polri yang tewas dan delapan polisi mengalami luka berat. Belum lagi teror bom di Terminal Kampung Melayu.

Untuk jumlah keseluruhan anggota Polri yang menjadi sasaran teror yakni korban tewas ada 41 orang dan 81 orang mengalami luka berat. Pihaknya pun memuji penanganan Polri terhadap pemberantasan kejahatan terorisme selama ini yang dinilainya cepat.

Karena itu, sungguh tepat jika Polri kini makin meningkatkan kewaspadaan dalam melayani masyarakat dan menjaga markas polisi. Hanya dengan cara itu Polri akan lebih siap dan lebih profesional memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Di sisi lain, harus ada kesadaran bahwa menangkal aksi terorisme penting didukung masyarakat. Terkait ini, Menteri Koordinator Bidang Polhukam Wiranto meminta masyarakat untuk mengawasi kegiatan yang mengarah kepada tindak teror   yang dapat terjadi kapan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun