Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jangan Lupakan Pangeran Jayakarta

17 Juni 2017   09:55 Diperbarui: 17 Juni 2017   10:10 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Masjid Jami' Assalafiyah di kawasan Jatinegara Kaum. Tak pernah sepi. (Dokpri)

Juga, diingatkan, meningkatkan kualitas silaturahim atau pun komunikasi sesama anggota keluarga. Terlebih kepada kedua orang tua. Membahagiakan orang tua bagi setiap anak harus dikedepankan, terlebih ketika orang tua masih hidup. Dapat dilakukan misalnya membelikan baju baru, sebagai ikatan batin antara anak dan orang tua.

Bagi orang tuanya yang telah kembali dipanggil Yang Maha Kuasa, ia mengimbau agar terus menerus mendoakan. Kesempatan emas di bulan Ramadan harus direbut. Jangan sia-siakan, jauhkan tindakan buruk misalnya merusak lingkungan dan melontarkan perkataan buruk.

Tegasnya, kesalehan sosial harus dikedepankan. Insya Allah, jika amalan yang sederhana itu dapat dilakukan akan membawa kebaikan dan keberkahan, kata sang khotib Jumat itu.

Khotib Jumat di Masjid Jami' Assalafiyah (Dokpri)
Khotib Jumat di Masjid Jami' Assalafiyah (Dokpri)
Empat tiang menempel pada tiang beton masih dipertahan keasliannya hingga kini (Dokpri)
Empat tiang menempel pada tiang beton masih dipertahan keasliannya hingga kini (Dokpri)
***

Yang menarik usai shalat, bukan hanya khotib, beberapa pengurus masjid melakukan ziarah ke makam Pangeran Jayakarta yang lokasinya sekitar lima meter dari masjid bersangkutan. Masjid ini dahulu berupa mushola dan sisa peninggalan bangunan rumah ibadah itu masih terlihat dari keempat tiang utama masjid berupa kayu.

Kini keempat kayu dari bangunan asli tersebut masih melekat di tiang beton kokoh yang menopang masjid Jami' Assalafiyah. Masjid ini, meski tidak terlalu besar, sudah diperbaiki dengan kaca-kaca jendela warna-warni terbuat dari kaca patri.

Dua jam besar berukir melengkapi keindahan masjid tersebut. Juga mimbar bagi khotib, terlihat cantik karena memiliki ukiran Jepara. Tiga tahun lalu, bangunan masjid diperluas. Kalau dahulu pelataran masjid masih dapat digunakan sebagai ruang parkir, kini dirombah dan berubah menjadi bagian bangunan masjid dengan menghadap makam.

Untuk lalu lintas jalan keluar, pengurus menyediakan pejalan dengan lebar satu meter menuju pintu luar. Kini seluruh parkir kendaraan roda dua dan empat ditempatkan di jalan raya. Tatkala hari besar Islam, termasuk shalat Jumat, parkir kendaraan ditempatkan di jalan raya. Sementara jalur jalan di sebelahnya diubah menjadi dua jalur. Tetapi itu hanya sementara saja, selama kegiatan berlangsung, sehingga kemacetan tak terlalu lama terjadi.

Memang setiap hari Jumat, masjid ini selalu penuh. Jemaah tak langsung beranjak meninggalkan lokasi kompleks masjid. Kebanyakan berziarah dahulu. Terutama bagi warga yang jauh dari luar ibukota. Pemda DKI Jakarta kini tengah memperluas kompleks makam di kawasan ini. Beberapa bangunan yang sejajar dengan masjid sudah dibebaskan. Lalu Pemprov DKI Jakarta memasang papan pengumuman, lokasi ini diperuntukan untuk makam.

Jika ditarik lurus, se arah jalan, makam di lokasi itu akan tersambung dengan makam tokoh dari Banten. Yaitu, makam Pangeran Sanghiyang. Makam ini juga bagi warga setempat dianggap sebagai tokoh dan pejuang bagi umat Islam pada zamannya.

Makam Pangeran Jayakarta cukup lama disembunyikan warga setempat, yang juga keturunannya. Pasalnya, mereka tidak ingin penjajah Belanda mengetahui ketika pangeran Jayakarta telah wafat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun