Tanpa sadar pula, aku melakukan monolog. Berbicara dengan diri sendiri. Ingat akan sejarah Rasulullah yang tanpa lelah berupaya memperbaiki akhlak umatnya dengan sambutan menyakitkan pada saat itu.
Nabi Muhammad SAW pun memberi contoh dalam kehidupan bermasyarakat tolong menolong, menebar kasih sayang antarsesama. Dakwah pun dilakukan dengan lembut. Bahkan, ketika jenazah orang yahudi lewat Rasulullah berdiri sebagai ungkapan memberi hormat. Piagam Madinah dibuat sehingga semua pihak dapat menerima dengan lapang dada. Kelompok mayoritas tak merasa menang dan kaum minoritas tak merasa disingkirkan.
Kini aku sadar dan siapa pun tahu Indonesia adalah negara majemuk, banyak suku, bahasa dan agama. Dan seluruh warganya pun menjunjung tinggi dan menghormati toleransi. Tetapi kini, menjelang Ramadhan tiba, sudahkah seluruh umat membersihkan hati untuk mengisi lembaran baru dengan saling melindungi antarsesama. Akhlak mulia bukan penghias bibir, tetapi perlu realisasi.
Ingatlah, di negeri ini diskriminasi, infoleransi, korupsi, dan merendahkan kedudukan wanita masih terjadi. Penting pula diwaspadai, yaitu disintegrasi bangsa. Â
Catatan: Seluruh foto karya pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H