Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bang Anwar Gatel Dapat Serangan Fajar

14 April 2017   09:44 Diperbarui: 14 April 2017   19:00 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para saksi serius menghitung perolehan suara dari masing-masing kandidat

"Bagi kite, orang bawahan, nggak ada kepikiran soal entu," kata Bang Anwar ketika bertemu dan bercerita kepada tetangganya, Bang Udin, yang sehari-hari bekerja sebagai pekerja bengkel las.

Perlu modal bagi petugas di tiap TPS. Setidaknya baju seragam. Di tiap TPS, inisiatif warga ikut menentukan bagi suksesnya pemungutan suara. Seperti pada Pilkada puaran pertama, warga menyiapkan tenda, baju seragam (batik). Ada juga baju adat layaknya orang kriaan. (Foto, Dokpri)
Perlu modal bagi petugas di tiap TPS. Setidaknya baju seragam. Di tiap TPS, inisiatif warga ikut menentukan bagi suksesnya pemungutan suara. Seperti pada Pilkada puaran pertama, warga menyiapkan tenda, baju seragam (batik). Ada juga baju adat layaknya orang kriaan. (Foto, Dokpri)
"Emang ade ape, bang tiga hari itu?" tanya Udin.

Lama Bang Anwar terdiam. Orang-orang yang berseliweran di gang senggol dekat rumahnya yang awalnya sedikit memperhatikan mereka berbicara nampak tidak tertarik lagi. Awalnya disangkanya Bang Anwar dan Bang Udin tengah cekcok. Nggak tahunya tengah ngobrol soal serangan fajar.

"Lu perhatiin. Tiga hari saat mau menyoblos, banyak orang berseliweran di gang ini. Ada bawa bingkisan kresek, isi sembako: gula, minyak, beras dan apa lagi laennya. Lu harus dapet," kata Bang Anwar.

Bang Udin terdiam. Ia kini paham bahwa yang diceritakan rekannya itu adalah pemberian dari kandidat, cuma disampaikan lewat "kaki tangan", jejaring yang diharapkan sang penerima mencoblos kandidat yang diinginkan.

Bang Anwar lantas melanjutkan celotehnya. Katanya, cukong besar bakal turun gunung. Cukong yang mendukung kandidat bakal mengucurkan uang. Bisa jadi kandidat yang nggak punya cukung bakal gigit jari.

Kemenangan calon kandidat, lanjut Bang Anwar, empat puluh persen ditentukan para cukung yang turun gunung. Survei boleh saja sebagai indikator penentuan kemenangan, tetapi itu tidak menjamin. Besar kecilnya dana yang dikucurkan sangat menentukan kemenangan bagi kandidat. Kandidat dalam Pilkada sesungguhnya bagai pion dalam permainan catur.

"Lu nggerti nggak celoteh gue," hentak Bang Anwar kepada rekan lawan bicaranya itu.

Udin cuma bisa menggut-manggut. Maklum, cara bicara Bang Anwar sempat memukau dirinya. Mulutnya cuma bisa terbuka ngganga. Untung lalat tak tak lewat dan hinggap. Kalau itu terjadi, lalat pun bisa termakan karena mangapnya Bang Udin cukup besar ditunjang giginya yang tonggos.

Pilkada DKI, menurut catatan Bang Anwar dikuti 6.983.692 Orang Pemilih dan 15.059 TPS. Kalau dari sejumlah TPS itu ada dua saksi saja, maka berapa besar duit yang dikucurkan untuk para saksi.

"Lu itung sendiri. Kalo setiap orang saksi Rp150.000, berapa doku dikucurin," tanyanya kepada Udin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun