Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Obituari, Mengenang M Maftuh Basyuni Semasa Hidupnya

21 September 2016   01:46 Diperbarui: 21 September 2016   11:20 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketokohan Maftuh Basyuni, demikian panggilan akrab pria kelahiran Rembang 4 Nopember 1939 ini dapat dikatakan melejit secara alamiah sepanjang kepemimpinan lima presiden yang berbeda.

Mulai dari Presiden Republik Indonesia ke-2, HM Soeharto sampai dengan masa kepemimpinan Presiden Republik Indonesia ke-6,  Susilo Bambang Yudhoyono, Maftuh terus mendapat kepercayaan tanpa ikut jatuh bangun seiring pergantian rezim.

Pada tahun-tahun terakhir masa kepemimpinan Presiden  Soeharto, Maftuh dipercaya sebagai pejabat istana, mulai dari Kepala Biro Protokol Kepresidenan hingga Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.

Pada zaman Presiden BJ Habibie, ia dipercaya menjadi Duta Besar RI di Kuwait. Pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ia dipanggil pulang ke Tanah Air dan diangkat menjadi Menteri Sekretaris Negara. Pada saat Presiden Megawati menggantikan Gus Dur, pamor Maftuh tidak pudar, ia diangkat menjadi Duta Besar di Arab Saudi dan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Maftuh ditarik pulang lagi ke Tanah Air dan diangkat menjadi Menteri Agama RI  yang ke-20.

Muhammad Maftuh Basyuni bertugas sebagai Menteri Agama (Menag) mulai dari Oktober 2004-Oktober 2009. Selama kurun waktu lima tahun, banyak pemikiran, kebijakan dan prestasi kinerjanya yang patut diapresiasi.

Tentu saja, kebijakannya tidak terlepas dari kebijakan yang telah dirintis oleh Menag sebelumnya. Ada kebijakan lama yang disempurnakan, akan tetapi ada pula terobosan kebijakan baru yang dilakukan sesuai kontrak kinerja yang telah ditandatangani ketika diangkat sebagai Menag oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sudah sekian lama imej tak sedap selalu lekat dengan Kementerian  Agama. Di mata masyarakat luas seolah kementerian ini identik dengan berbagai predikat negatif, yang justru bertolak belakang dengan nama yang disandang. Dalam kalimat yang lugas, mantan Presiden Abdurrahman Wahid pernah menyebut Kemenag sebagai 'pasar'.

Seorang penulis buku M Akbar Linggaprana mengungkapkan bahwa ketika mendapat amanah menjadi Menteri Agama pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I, Muhammad Maftuh Basyuni harus berhadapan dengan kenyataan bahwa ekspektasi terhadap dirinya sedemikian tinggi. Ekspektasi pertama adalah dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menghendaki agar dilakukan perubahan dan pembenahan mendasar di Kemenag. Kehendak ini sejalan dengan semangat reformasi yang menjadi ruh pemerintahan SBY-JK. Kedua adalah ekspektasi publik. Masyarakat menaruh harapan yang amat tinggi terhadap jajaran Kabinet Indonesia Bersatu jilid I bahwa kabinet ini diharapkan bisa membawa era baru yang menghadirkan perbaikan dan pembenahan di berbagai bidang.

Masyarakat sangat berharap, inilah era yang akan menghadirkan pemerintahan yang bersih, terpercaya, profesional dan mampu memecahkan berbagai problema yang selama ini membelit kehidupan mereka. Sementara pada sisi internal, Maftuh Basyuni harus berhadapan dengan kenyataan bahwa situasi yang ada tidak sepenuhnya mampu mendukung terpenuhinya ekspektasi dari dua arah itu. Birokrasi, termasuk manusia yang ada di dalamnya, pada saat Maftuh menjabat masih berada pada paradigma lama dan belum seratus persen sejalan dengan semangat reformasi.

M. Maftuh ketika memimpin rapat Badan Wakaf Indonesia
M. Maftuh ketika memimpin rapat Badan Wakaf Indonesia
Bersama SBY saat peluncuran Al Quran hasil percetakan Lembaga Percetakan Alquran Kemenag
Bersama SBY saat peluncuran Al Quran hasil percetakan Lembaga Percetakan Alquran Kemenag
Gebrakan
Dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan itu, Muhammad Maftuh Basyuni menggulirkan paradigma baru, yang bertumpu pada semangat reformasi. Serangkaian gebrakan dan kebijakan baru ditetapkan, disertai sanksi tegas bagi mereka yang melanggar. 'Good governance' diterjemahkan dalam pola-pola kinerja yang lebih praktis dan membumi. Tidak ada kompromi bagi mereka yang melakukan KKN dan yang terpenting Maftuh Basyuni telah mau dan mampu memberikan keteladanan untuk semua idealismenya itu.

Tujuh gebrakan besar Kementerian Agama di bawah kepemimpinan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, pada penghujung masa kerja Kabinet Indonesia Bersatu I periode 2004-2009 dapat dilihat dalam pencapaian kinerjanya. Yaitu:

  1. Penciptaan Pemerintahan Yang Bersih,
  2. Pembinaan Kerukunan Antar Umat Beragama,
  3. Penyelenggaraan Ibadah Haji,
  4. Mengatasi Katering di Arafah dan Mina,
  5. Pemanfaatan Dana Abadi Umat,
  6. Kebijakan Pembangunan Rumah Ibadah,
  7. Peringatan Kepada Warga Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun