Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[RoseRTC] Ketika Bulan Anomali

17 September 2016   19:55 Diperbarui: 20 September 2016   19:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kufoto bulan di langit September biru

Bukan karena indahmu

Bukan pula bisikan alam sekitarku

Tapi, kupotret karena ada anomali padamu

Semua orang tahu

kau pembawa wakil suara tuhan

Bumi nusantara pun kenal siapa kamu

Tapi, pada September ini, kini kau bukan malaikat di jalan tuhan

Harta, wanita dan tahta telah ada padamu

Bulan di langit biru kini menatapmu semu

Hati sakit, karena milik rakya jelata kau telan karena rakusmu

Kau memang jahanam, tak pantas hadir di bawah langit biru

Kulihat bulan pada September ini disambut sepi di rumahku

Itu karena mahluk bumi tengah tertuju kepada puncak rakusmu

Kini, seisi jagat nusantara pun mencibirmu

Karena kau tak belajar dari bulan di langit biru

Lagi-lagi September ini mengharu biru korupsi di negeriku

Cibirku tertuju kepada insan pembawa suara tuhan

Kini, aku juga bisa, atas nama tuhanku

Kuminta si wajah rembulan ditahan

Jangkrik, tokek dan kodok malam itu tak bersuara lagi

Karena rasaku rembulan menunjukan anomalinya

Kuperingatkan, hati-hati wajah malaikat mengaku di atas jalan tuhan lagi

Karena, pada September lain setan pun dapat menyerupai malaikat  dimana-mana

Potretmu berwajah malaikat tak lagi sama dengan rembulan

Tak kuasa kumenyaksikan lembar hitammu di tangan tuhan

Pada medio September ini, lember catatan kelam bakal terbaca tujuh turunan mendatang

Kau sudah menyusul koruptor sebelumnya, pantas kau masuk tahanan

Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC

logo RTC

Ceger, 17 September 2016

Oleh Edy Supriatan Sjafei

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun