Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Kisah Dua Pemain Barongsai

18 Agustus 2016   20:56 Diperbarui: 18 Agustus 2016   21:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah dua pekan A Piau berlatih barongsai di  Klenteng Timbul atau Klenteng Xiao Yi Shen Tang di Muara Kakap, Kalimantan Barat (Kalbar). Ia ingin pada perayaan Cap Go Meh tahun ini bisa tampil mengesankan bagi orang ramai. Utamanya pengunjung  di klenteng yang terletak di Laut China Selatan itu.  Namun dalam diri A Piau muncul rasa bimbang, karena pasangan bermainnya Rojak meski fisiknya kuat tetapi bakal menimbulkan cemooh teman-temannya yang berlatar-belakang keturunan Tiongkok.

A Piau melamun. Kaos oblong putih dekil yang dikenakan terlihat makin kotor dan kumel lantaran pada pagi itu banyak membersih-bersih beberapa tempat ibadah seputar klenteng. Menyapu dan mengelap bagian ruang yang penuh debu. Klenteng Xiao Yi Shen harus terlihat bersih, itu sudah jadi prinsip seperti yang diajarkan pelatih barongsainya, A Peng.

A Piau menduga-duga Rojak bakal ditertawakan banyak orang karena tak menguasai teknik bermain barongsai. Meski A Peng, pelatihnya, memberi dorongan semangat agar Rojak tetap berlatih keras tetapi soal dirinya itu yang bukan orang Tiongkok bakal dicemooh teman-temannya. Pikirnya, sepandai-pandainya bajing meloncat, suatu saat bisa jatuh ke tanah.

Kalaupun Rojak menguasai teknik bermain barongsai dengan baik dan kekuatan fisik bagus belum tentu juga dapat diterima dalam pergaulan sesama perkumpulan barongsai di Dusun Merpati, Muara Kakap.

Rojak orangnya baik. Itu kelebihan dia, pikir A Piau lagi dalam lamunannya di trotoar klenteng pada pagi hari.  Tapi, katanya dalam hati, kebaikan yang dimiliki Rojak bisakah membawa dirinya menjadi pemain barongsai beken atau terkenal dan memenangkan pertandingan jika di Dusun Merpati ada perlombaan barongsai.

Lamunan A Piau tentang Rojak buyar lantaran terkaget mendengar suara Bun Bun, penjaga klenteng datang dari arah dalam belakang klenteng sambil menyapa dengan suara keras.

"Mana Rojak, temenmu. Sudah siang belum latihan?" tanya Bun Bun sambil membawa sapu lidi untuk membersihkan pekarangan klenteng.

"Dikit lagi dia datang," jawab A Piau sekenanya.

Bun Bun pun tak lama kemudian meninggalkan A Piau sendirian di teras klenteng.  Entah apa, di benak A Piau, secara tidak sengaja muncul jawaban tentang diri Rojak yang berminat bermain barongsai.

Pasti Rojak ingin juga terkenal sama dengan dirinya sebagai pemain barongsai. Barongsai sekarang ini, pikir dia, bukan milik orang Tiongkok saja. Di Indonesia, barongsai sudah lama dikenal. Cuma saja yang memainkan kebanyakan orang Tiongkok. Apa salahnya sih kalau Rojak juga bisa bermain barongsai.

Peduli amat sih dengan pendapat orang lain kalau dirinya berpasangan dengan Rojak. Kalau Rojak lahirnya di Tiongkok bisa jadi dia bermain barongsai sejak kecil. Tapi, soal kelahiran itu tidak bisa ditentukan olah orang itu. Tempat kelahiran orang sudah kehendak yang maha kuasa, pikir A Piau.

Entah apa lagi yang diragukan A Piau tentang Rojak - yang punya nama lengkap Abdul Rojak - beragama Islam. Beda dengan A Piau terlahir dengan agama Buddha dan banyak menjalankan ritual Tiongkok, negeri leluhur.  A Piau sendiri, yang hingga berusia 17 tahun itu, belum bisa membedakan mana ajaran Buddha dan Konghucu. Yang jelas, tradisi Tiongkok secara turun-menurun sudah melekat di seluruh anggota keluarganya.

Imlek sudah tiba. Itu berarti dua pekan lagi akan memasuki Cap Go Meh. Pernik-pernik menyambut perayaan hari besar Tiongkok itu di berbagai tempat makin terasa. Banyak warga keturunan Tiongkok di daerah itu - khususnya Tiociu dari Guangdong dan Khek (Hakka) dari Fujian - melengkapi rumahnya dengan berbagai hiasan bunga, lampu lampion warna merah dan makanan khas Tiongkok.

Bagi A Piau, momentum Cap Go Meh adalah kesempatan mendapatkan keberuntungan. Tahun ini memasuki shio kambing, yang menurut ramalannya menyebutkan bahwa A Piau bakal menuai keberuntungan jika disertai kerja keras.

                                                *****

Perayaan Cap Go Meh sekali ini terasa istimewa bagi A Piau. Pasalnya, Rojak - rekannya yang sama-sama digembleng pelatih  A Peng yang juga menjadi pelatih kungfu - mampu tampil dan memberi dukungan penuh di berbagai tempat dan mengesankan orang banyak. Decak kagum banyak dilontarkan kepada pasangan pemain barongsai itu. Posisi Rojak yang berbadan tinggi selalu berada di bagian belakang. Ketika A Piau meloncat, Rojak ikut mengangkat badannya setinggi mungkin. Sehingga dengan gerakannya yang lincah, A Piau mudah melompat untuk meraih angpau merah tatkala berkunjung ke sejumlah rumah warga di dusun tersebut.

Keunggulan pasangan pemain barongsai ini selain kelincahan, kekuatan fisik dan kekompakannya dalam mengikuti gerakan musik yang dimainkan rekan-rekannya, juga adanya saling menghormati bahwa yang tengah dilakoninya itu sebagai sebuah ritual langka. Acara hajatan Cap Go Meh dimaknai sebagai ritual untuk mendapatkan keberkahan. Bukan hanya bagi pemain, tetapi juga seluruh pemain barongsai. Beberapa hari ke depan, kepiawaian bermain barangsai yang diperagakan A Piau dan Rojak terdengar luas di telinga banyak orang dari mulut ke mulut di kampung tepi pantai itu.

A Piau berfikir itu juga kemungkinan disebabkan sebelum mereka menggelar acara permainan tersebut seluruh tim pemain musik menempatkan dan menyimpan peralatan, termasuk barongsainya, di dalam kelenteng. Alat musik barongsai diantaranya berupa simbal (cai-cai), gong (nong), dan tambur. Para pemain barongsai masih relatif muda. Rata-rata berusia 7 hingga 20 tahun.

Hal itu dilakukan supaya dewa Klenteng Timbul atau Pekong Laut, sebutan populer untuk Klenteng Xiao Yi Shen Tang, dapat memberi keberkahan.  

"Ayin, kamu sudah simpan tuh barang di klenteng?" tanya A Piau kepada rekannya banyak memainkan musik cai-cai.

A Piau yakin sekali permainan barongsai yang sudah banyak dimainkan berbagai kelompok etnis di Kalbar itu tak bakal mampu mengungguli kemampuannya. Minimal untuk di kampungnya sendiri. Alasannya, pikir dia, selain kostum yang dikenakan timnya bagus-bagus, permainannya kompak karena juga ditopang tim musik bermain penuh semangat. Hal yang lebih istimewa lagi yang dibanggakan A Piau adalah fisik Rojak selalu prima. Dalam setiap kesempatan dia bermain penuh semangat.

"Jak, aku bangga dengan kau," kata A Piau, membuka pembicaraan dengan Rojak, rekannya itu, seusai pertunjukan di toko kelontong Barkah, milik engkoh Seng Bie.

"Ape yang kau banggakan denganku," jawab Rojak dengan gaya anak Pontianak. Mirip-mirip dengan bahasa Malayu.

"Apa lah awak ini. Cuma menemani kau main barongsai. Justru aku lah yang bangga, bisa ikuti permainan kau," jawab Rojak sambil minta agar A Piau tidak berlebihan membanggakan dirinya.

"Jangan gitu. Macam orang lebai ," ia mengatakan.

A Piau sadar, rekannya Rojak baik hati. Setiap usai tampil bermain barongsai,  tak pernah minta bagian. Kendati begitu, A Piau punya keinginan kuat untuk memberi hadiah yang berharga buat Rojak, sebagai ungkapan syukur bisa berteman dengannya.

"Nanti malam, kau datang ke rumahku?" Pinta A Piau kepada Rojak.

"Ada ape?" Rojak balik tanya.

"Makam malam bersama. Tim musik juga harus ikut. Kau setuju, Jak?" tanya A Piau.

Rojak pun mengiyakan permintaan rekannya itu. Namun sebelum itu Rojak mengajukan syarat, agar ketika nanti makan bersama tidak disertakan makanan yang dilarang untuk dikonsumsi untuknya.

"Kau kan paham. Aku sih setuju aja. Asal, nggak makan itulah," kata Rojak yang disambut tawa riang A Piau.

rtc-57b5911852f9fd781800f637-logo-rumpies-the-club-57b5be5790fdfd9020b18c5a.jpg
rtc-57b5911852f9fd781800f637-logo-rumpies-the-club-57b5be5790fdfd9020b18c5a.jpg
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun