"Ape yang kau banggakan denganku," jawab Rojak dengan gaya anak Pontianak. Mirip-mirip dengan bahasa Malayu.
"Apa lah awak ini. Cuma menemani kau main barongsai. Justru aku lah yang bangga, bisa ikuti permainan kau," jawab Rojak sambil minta agar A Piau tidak berlebihan membanggakan dirinya.
"Jangan gitu. Macam orang lebai ," ia mengatakan.
A Piau sadar, rekannya Rojak baik hati. Setiap usai tampil bermain barongsai, Â tak pernah minta bagian. Kendati begitu, A Piau punya keinginan kuat untuk memberi hadiah yang berharga buat Rojak, sebagai ungkapan syukur bisa berteman dengannya.
"Nanti malam, kau datang ke rumahku?" Pinta A Piau kepada Rojak.
"Ada ape?" Rojak balik tanya.
"Makam malam bersama. Tim musik juga harus ikut. Kau setuju, Jak?" tanya A Piau.
Rojak pun mengiyakan permintaan rekannya itu. Namun sebelum itu Rojak mengajukan syarat, agar ketika nanti makan bersama tidak disertakan makanan yang dilarang untuk dikonsumsi untuknya.
"Kau kan paham. Aku sih setuju aja. Asal, nggak makan itulah," kata Rojak yang disambut tawa riang A Piau.