Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Kisah Dua Pemain Barongsai

18 Agustus 2016   20:56 Diperbarui: 18 Agustus 2016   21:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, latihan barongsai sebelum Cap Go Meh di Singkawang (Dokpri)

Entah apa lagi yang diragukan A Piau tentang Rojak - yang punya nama lengkap Abdul Rojak - beragama Islam. Beda dengan A Piau terlahir dengan agama Buddha dan banyak menjalankan ritual Tiongkok, negeri leluhur.  A Piau sendiri, yang hingga berusia 17 tahun itu, belum bisa membedakan mana ajaran Buddha dan Konghucu. Yang jelas, tradisi Tiongkok secara turun-menurun sudah melekat di seluruh anggota keluarganya.

Imlek sudah tiba. Itu berarti dua pekan lagi akan memasuki Cap Go Meh. Pernik-pernik menyambut perayaan hari besar Tiongkok itu di berbagai tempat makin terasa. Banyak warga keturunan Tiongkok di daerah itu - khususnya Tiociu dari Guangdong dan Khek (Hakka) dari Fujian - melengkapi rumahnya dengan berbagai hiasan bunga, lampu lampion warna merah dan makanan khas Tiongkok.

Bagi A Piau, momentum Cap Go Meh adalah kesempatan mendapatkan keberuntungan. Tahun ini memasuki shio kambing, yang menurut ramalannya menyebutkan bahwa A Piau bakal menuai keberuntungan jika disertai kerja keras.

                                                *****

Perayaan Cap Go Meh sekali ini terasa istimewa bagi A Piau. Pasalnya, Rojak - rekannya yang sama-sama digembleng pelatih  A Peng yang juga menjadi pelatih kungfu - mampu tampil dan memberi dukungan penuh di berbagai tempat dan mengesankan orang banyak. Decak kagum banyak dilontarkan kepada pasangan pemain barongsai itu. Posisi Rojak yang berbadan tinggi selalu berada di bagian belakang. Ketika A Piau meloncat, Rojak ikut mengangkat badannya setinggi mungkin. Sehingga dengan gerakannya yang lincah, A Piau mudah melompat untuk meraih angpau merah tatkala berkunjung ke sejumlah rumah warga di dusun tersebut.

Keunggulan pasangan pemain barongsai ini selain kelincahan, kekuatan fisik dan kekompakannya dalam mengikuti gerakan musik yang dimainkan rekan-rekannya, juga adanya saling menghormati bahwa yang tengah dilakoninya itu sebagai sebuah ritual langka. Acara hajatan Cap Go Meh dimaknai sebagai ritual untuk mendapatkan keberkahan. Bukan hanya bagi pemain, tetapi juga seluruh pemain barongsai. Beberapa hari ke depan, kepiawaian bermain barangsai yang diperagakan A Piau dan Rojak terdengar luas di telinga banyak orang dari mulut ke mulut di kampung tepi pantai itu.

A Piau berfikir itu juga kemungkinan disebabkan sebelum mereka menggelar acara permainan tersebut seluruh tim pemain musik menempatkan dan menyimpan peralatan, termasuk barongsainya, di dalam kelenteng. Alat musik barongsai diantaranya berupa simbal (cai-cai), gong (nong), dan tambur. Para pemain barongsai masih relatif muda. Rata-rata berusia 7 hingga 20 tahun.

Hal itu dilakukan supaya dewa Klenteng Timbul atau Pekong Laut, sebutan populer untuk Klenteng Xiao Yi Shen Tang, dapat memberi keberkahan.  

"Ayin, kamu sudah simpan tuh barang di klenteng?" tanya A Piau kepada rekannya banyak memainkan musik cai-cai.

A Piau yakin sekali permainan barongsai yang sudah banyak dimainkan berbagai kelompok etnis di Kalbar itu tak bakal mampu mengungguli kemampuannya. Minimal untuk di kampungnya sendiri. Alasannya, pikir dia, selain kostum yang dikenakan timnya bagus-bagus, permainannya kompak karena juga ditopang tim musik bermain penuh semangat. Hal yang lebih istimewa lagi yang dibanggakan A Piau adalah fisik Rojak selalu prima. Dalam setiap kesempatan dia bermain penuh semangat.

"Jak, aku bangga dengan kau," kata A Piau, membuka pembicaraan dengan Rojak, rekannya itu, seusai pertunjukan di toko kelontong Barkah, milik engkoh Seng Bie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun