Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Kampung Bukit Sampah Bantar Gebang, Kok Ahok Bisa Beken?

30 Mei 2016   22:39 Diperbarui: 30 Mei 2016   22:54 2558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan TPST Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, dewasa ini.

Berbeda dengan Haji Abraham "Lulung" Lunggana, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Meski namanya dikenal di kalangan bocah atau anak pemulung di kawasan itu, namun tidak sepopuler Ahok.

Para bocah pemulung menyebutkan alasan Ahok lebih hebat, lantaran dia lebih banyak tampil di layar kaca atau televisi. "Haji Lulung juga orangnya berani, tapi Ahok lebih banyak tampil di televisi,” kata Etty, anak pemulung yang bermukim di balik bukti sampah Bantar Gebang.

Relawan
Relawan
Relawan lokal juga aktif mengajar
Relawan lokal juga aktif mengajar
Pupularitas seseorang di mata para bocah itu bukan didasari melalui riset. Apa lagi menggunakan metodologi dan survai yang serba nyelimet. Sudah tentu dasarnya pun tak bisa dipertanggungjawabkan dari sisi ilmiah. Anak-anak hanya mengemukakan alasan karena Ahok banyaknya tampil di layar televisi. Bukan didasarkan pada kemampuan profesi atau kinerja. Bukan pula didasari seringnya blusukan dan bersih dari korupsi selama menjadi pejabat.

Pikiran dan anak-anak berusia 8 – 14 tahun itu terekam dan makin jelas ketika rombongan alumni  FH'20 Trisakti Jakarta bermain dan belajar dengan para bocah tersebut di basecamp Satu Untuk Semua.

FH’20 Trisakti hadir di tengah para bocah yang sebagian di antaranya masih mengeluarkan ingus lantaran kurang terurus kesehatannya, terlihat kumel lantaran kemiskinan yang mendera para orang tuanya, namun masih memiliki semangat untuk belajar.

Pada kesempatan itu rombongan FH’20 Trisakti yang dipimpin Ketua Panitia Dewi Umawarsih menyerahkan bantuan sembako, buku, obat-obatan dan Al-Qur’an sebagai persiapan menghadapi Ramadan.

“Ahok….Ahok… Ahok,” teriak Talib, bocah berusia 8 tahun di hadapan para tamu dari Trisakti Jakarta itu.

Talib juga tak merasa malu ketika didekati Haposan Paulus Batubara yang berperawakan gemuk dan besar. Ia memanggilnya kakak penyayang lantaran Haposan berani menggendong dan berpelukan.

Boleh jadi pada Minggu siang itu bagi bocah pemulung merupakan hari istimewa. Pasalnya, mereka dapat berkenalan dengan kakak-kakak alumni Trisakti yang memotivasi agar anak-anak di kawasan Bantar Gebang tidak takut untuk bersekolah, belajar dengan baik sehingga ke depan dapat memutus mata rantai kemiskinan yang menderanya selama ini.

Resa Aprianengsih, relawan dari Yayasan Satu Untuk Semua di Bantar Gebang menduga anak-anak sering menyebut nama Ahok karena para orang tua mereka sering membicarakan sepak terjang gubernur DKI Jakarta itu. Terlebih, Ahok sering tampil di layar kaca.

Jadi, celoteh dan cerita orang tua di kawasan kumuh itu ikut terekam di benak anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun