Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Analisis Psikologis Dampak Pemecatan

18 Desember 2024   23:20 Diperbarui: 19 Desember 2024   20:57 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PDIP Pecat Jokowi, Gibran, dan Bobby(Sumber: YouTube.com/KompasTV)

Pemecatan dapat memicu dampak emosional yang mendalam bagi individu yang dipecat maupun pihak yang memecat.

Proses ini sering kali menyebabkan stres dan kecemasan yang berat, yang berpotensi berlanjut dalam jangka panjang. Menurut McKee-Ryan et al. (2005), individu yang dipecat berisiko mengalami gangguan emosional yang serius, termasuk depresi.

Banyak orang mengidentifikasi diri mereka melalui profesi mereka, sehingga kehilangan pekerjaan berpotensi menyebabkan krisis identitas.

Dalam hal ini, individu yang dipecat dapat mengalami penurunan harga diri yang signifikan. Price et al. (1998) menemukan bahwa individu tersebut sering merasa kehilangan arah dan tujuan hidup setelah pemecatan.

Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pemecatan juga menghimpit individu dalam mencari pekerjaan baru. Pappas (2020) menunjukkan bahwa individu yang dipecat terkadang merasa bingung dalam merencanakan langkah berikutnya, sehingga hilangnya rasa kontrol dapat mengganggu kehidupan sosial mereka. Isolasi sosial yang muncul akibat kehilangan komunitas kerja semakin memperburuk kondisi psikologis, sehingga menegaskan perlunya dukungan sosial dalam menghadapi situasi ini.

Dengan demikian, pemecatan tidak hanya berdampak pada individu yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga menciptakan efek domino yang mempengaruhi lingkungan sosial dan emosional di sekitar mereka. Penting bagi organisasi untuk memahami dan mengelola dampak ini dengan empati, serta menyediakan dukungan yang diperlukan bagi mereka yang terlibat.

Tantangan Kepemimpinan dan Moral Anggota

Di sisi lain, pemecatan tidak hanya berdampak pada individu yang dipecat, tetapi juga pada pihak yang memutuskan untuk memecat.

Bagi banyak pemimpin, mengambil keputusan untuk memecat karyawan adalah langkah yang berat, sering kali disertai rasa bersalah. Penelitian oleh Gao et al. (2023) menunjukkan bahwa manajer dapat mengalami kecemasan dan rasa bersalah pasca pemecatan, yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka sendiri.

Ketegangan dalam tim bisa meningkat setelah pemecatan, dan dampaknya meluas ke dinamika sosial di tempat kerja. Penelitian oleh Hall (2023) mengindikasikan bahwa pemecatan dapat menciptakan ketidakpastian di antara karyawan yang tersisa, merusak moral dan produktivitas mereka. Keberhasilan dalam mengelola dampak ini memerlukan narasi yang tepat untuk menjelaskan keputusan pemecatan kepada tim.

Oleh karena itu, manajer perlu mengembangkan komunikasi yang efektif untuk menjaga kepercayaan dan loyalitas tim. Stephens, Heaphy, dan Dutton (2012) menekankan pentingnya pembenaran keputusan pemecatan untuk mempertahankan legitimasi dalam organisasi. Sebagai tambahan, organisasi sebaiknya memberikan pelatihan tentang manajemen pemecatan yang empatik agar semua pihak yang terlibat dapat menjalani proses ini dengan lebih sehat dan mendukung.

Dengan demikian, menghadapi tantangan kepemimpinan, penting bagi pemimpin untuk menyadari bahwa setiap keputusan pemecatan memiliki implikasi yang luas, tidak hanya bagi individu yang dipecat tetapi juga bagi moral dan komitmen anggota tim yang tersisa. Perlu pendekatan yang memprioritaskan komunikasi terbuka dan dukungan emosional agar pemimpin dapat membantu meredakan ketegangan dan membangun kembali kepercayaan dalam organisasi.

Politik Pemecatan: Sinyal Kekuasaan dan Respons Publik

Pemecatan memiliki arti yang lebih dalam dalam ranah politik, terutama ketika melibatkan anggota keluarga seorang pemimpin. Dalam konteks ini, pemecatan lebih dari sekadar kehilangan pekerjaan, tetapi juga menjadi sinyal politik yang dapat memengaruhi ketidakpastian sosial.

Underwood (2024) mengklaim bahwa pemecatan di tingkatan ini dapat merubah dinamika kekuasaan di pemerintahan, terutama dalam konteks pemecatan yang melibatkan individu-individu dengan latar belakang politik dan sosial yang kuat, sebagaimana keluarga Jokowi.

PDIP Pecat Jokowi, Gibran, dan Bobby(Sumber: YouTube.com/KompasTV)
PDIP Pecat Jokowi, Gibran, dan Bobby(Sumber: YouTube.com/KompasTV)

Dalam konteks ini terdapat dimensi-dimensi psikologis, sosial, dan organisasi yang perlu dianalisis dengan lebih mendalam. Penyimpangan dan anomali dari teori pemecatan yang biasanya berlaku dapat dilihat pada beberapa aspek tertentu.

Pemecatan memiliki arti yang lebih dalam dalam ranah politik, terutama ketika melibatkan anggota keluarga seorang pemimpin. Dalam konteks ini, pemecatan lebih dari sekadar kehilangan pekerjaan, tetapi juga menjadi sinyal politik yang dapat memengaruhi ketidakpastian sosial. Pemecatan dalam politik dapat merubah dinamika kekuasaan di pemerintahan.

Fahrizal (2024) menunjukkan bahwa pemecatan tokoh politik dapat menimbulkan reaksi pro dan kontra dari masyarakat, yang berimplikasi pada stabilitas politik dan sosial. Hal ini menandakan bahwa keputusan pemecatan memerlukan pertimbangan yang lebih strategis, terutama dalam mengelola respon publik.

Dalam situasi pemecatan di kalangan pejabat, pihak yang memecat sering harus membangun narasi legitimasi. Menurut Fahrizal (2024), narasi yang tepat bisa membantu meredakan ketegangan, menjaga legitimasi di dalam kabinet, dan merespons ketidakpuasan masyarakat.

Dengan memahami kompleksitas dalam pemecatan politik, kita dapat menggali lebih dalam tantangan dan kesempatan untuk manajemen konflik dalam konstelasi politik yang rumit.

Dari analisis ini, terlihat bahwa pemecatan memiliki konsekuensi yang berlapis, tergantung pada konteks individu dan sosialnya. Melalui pemahaman mendalam, dapat digali pelajaran berharga untuk manajemen dan kebijakan yang lebih berkualitas di masa mendatang.

Dengan mempertimbangkan dampak emosional dan sosial dari pemecatan, baik bagi individu yang dipecat maupun pihak yang memecat, dapat dirumuskan strategi yang lebih efektif untuk menghadapi situasi serupa di masa depan.

Bibliografi:

Fahrizal, N. (2024). Pengamat Politik: Dipecat PDIP, Daya Tawar Politik Jokowi Tetap Kuat. Katadata. [Link]( https://katadata.co.id/berita/nasional/6762958523fcc/pengamat-politik-dipecat-pdip-daya-tawar-politik-jokowi-tetap-kuat?form=MG0AV3)

Hall, A. (2023). The Impact of Firing on Employees and the Importance of Handling It Properly. [Link]( https://aaronhall.com/the-impact-of-firing-on-employees-and-the-importance-of-handling-it-properly/?form=MG0AV3)

McKee-Ryan, F., Song, Z., Wanberg, CR., & Kinicki, A.J. (2005). Psychological and physical well-being during unemployment: a meta-analytic study. Journal of applied psychology. [Link]( https://psycnet.apa.org/record/2004-22497-005)

Pappas, S. (2020). The toll of job loss: The unemployment and economic crises sparked by COVID-19 are expected to have far-reaching mental health impacts. American Psychological Association, Vol. 51, No. 7, page 54. [Link]( https://www.apa.org/monitor/2020/10/toll-job-loss?form=MG0AV3)

Price, R.H., Friedland, D.S., & Vinokur, A.D. (1998). Job loss: Hard times and eroded identity.  In J.H. Harvey (Ed.) Perspectives on loss: A sourcebook (pp. 303-316). Philadelphia, 23 PA: Taylor & Francis.  [Link] https://sites.lsa.umich.edu/ricprice/wp-content/uploads/sites/381/2016/04/Job-Loss-Hard-times-and-eroded-identity-1998-Price-Friedland-Vinokur.pdf?form=MG0AV3)

Qin Gao, Ke Zhang, Ya Cao, Jiale Li, Ran Bian & Xiao-Hua (Frank) Wang (2023). The Effect of Negative Workplace Gossip about Supervisor on Workplace Deviance and Impression Management: The Mediating Roles of Anxiety and Guilt. Journal of Business and Psychology, Vol. 39, pages 435–454, [Link]( https://link.springer.com/article/10.1007/s10869-023-09888-6?form=MG0AV3)

Stephens, J. P., Heaphy, E. & Dutton, J. E. (2012). Chapter 29 High-quality Connections Get access Arrow. Oxford Academic, pages 385–399.  [Link]( https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199734610.013.0029)

Underwood, K. (2024). How Political Polarization is Fuelling Family Estrangement. Macean’s. Link]( https://macleans.ca/society/how-political-polarization-is-fuelling-family-estrangement/?form=MG0AV3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun