Mohon tunggu...
Edy Siswanto
Edy Siswanto Mohon Tunggu... Guru - Doktor Bidang Manajemen Kependidikan dan Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Vokasi Indonesia-Ikatan Guru Vokasi Indonesia Maju (PPVI-IGVIM)

Penulis, dan pemerhati politik pendidikan. Pembelajar, berkelana mencari ilmu dan dakwah membangun generasi khairu ummah..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Belajar dari Covid-19" Perubahan Besar dalam Pendidikan? (Refleksi Hardiknas Tahun 2020)

2 Mei 2020   07:13 Diperbarui: 2 Mei 2020   13:19 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan nasional ditengah ancaman global "hantu Corona"? Sebagai sub sistem dari sebuah sistem bangunan besar-negara. Masih muncul beragam problema. Terutama dimasa sulit seperti pandemi Covid-19 ini. Menjadi permasalan bersama.

Hari ini Tanggal 2 Mei tepat diperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2020. Tak lepas dari kelahiran beliau Dr. Ki Hajar Dewantara, Mendikbud pertama RI, yang terkenal dengan semboyan "Tut Wuri Hadayani" yang memiliki arti "di Belakang Memberikan Dorongan" "Ing Madyo Mangun Karso" di tengah memberikan semangat. Dan "Ing Ngarso Sung Tulodho". Didepan memberikan contoh atau teladan. Hendaknya nilai ini dipegang teguh bukan sekedar semboyan tak bermakna.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020. Dan logo baru Hardiknas Tahun 2020. Dalam pedoman tersebut, peringatan Hardiknas mengambil tema besar: "Belajar dari Covid-19".

Peringatan Hardiknas kali ini, dalam suasana keprihatinan, sedih dan duka.  Pandemi Covid-19, secara global terus menyebar dan meningkat. Ajakan stay at home and work at home, selalu mengedepankan social and physical distancing terus digaungkan. Beberapa daerah sudah dinyatakan masuk dalam zona merah penyebaran Covid-19. Ini harus disikapi serius. Bukan main-main. Jangan sepelekan, ini darurat, perlu kesadaran tinggi dari warga,"

Ujian Nasional (UN), yang sedianya tahun 2021 baru dihapus. Uji Kompetensi Keahlian (UKK), Ujian Sekolah (US) ditiadakan atau dengan sistem Daring/Online bagi yang bisa menyelenggarakan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seketika lumpuh sesaat "gagap" bagimana bisa menyesuaikan ditengah arus serba kerterbatasan. 

Siswa sudah "tidak ujian nasional", namun "negara yang ujian". Rupaya sistem pendidikan benar-benar "mendapat ujian". Kelabakan diuji sesungguhnya karena kurang persiapan. Dengan adanya pandemi yang sudah berjalan hampir dua bulan. Peristiwa ini yang nampaknya akan merubah total kedepan sistem pendidikan kita.

Covid-19 menyerang sendi pertahanan bangsa, termasuk pendidikan. Sementara pendidikan adalah pertaruhan masa depan bangsa. Pengalaman negara maju pendidikan solusi fundamental dari keterpurukan bangsa. Akankah Indonesia dengan sistem pendidikannya mampu melawan Corona?

Seperti dilansir Kompas.com, Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia per 1 Mei 2020 bertambah 433. Dengan demikian, total pasien yang terjangkit virus corona yakni 10.551 orang. "Konfirmasi positif 10.551, "Terdiri dari laki-laki 58 persen, wanita 42 persen. Artinya, lebih banyak yang laki-laki terjangkit Covid-19," lanjut dia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 800 orang meninggal dunia. Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh yakni 1.591 orang.

Sebanyak 11 daerah di Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan DKI Jakarta sebagai kota pertama yang melakukannya.

Pertanyaan selanjutnya sejauh manakah kesiapan dan kondisi SMK setelah adanya pandemi, bisakah benar-benar "Belajar dari Covid-19"? Benarkah akan terjadi perubahan besar dalam dunia pendidikan? Perubahan besar yang seperti apakah itu? Sudah banyak usaha dilakukan pemerintah namun belum banyak mendongkrak kemajuan pendidikan Indonesia. Mengapa?

Sistem pendidikan nasional menjadi penentu. Kesalahan paradigma pendidikan bisa kehilangan ruh dan jati diri. Menghasilkan output lulusan pribadi yang salah arah. Ujungnya kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan tidak siap. Tertinggal dan dipertanyakan. Banyak perusahaan yang akhirnya memutuskan hubungan kerja (PHK) karyawannya akibat pandemi virus corona. Ada yang terkena PHK, dirumahkan, bekerja sebagian, dikurangi gajinya, dan semacamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun