Kenyataan Amerika Serikat (AS) adalah Negara super power tidak membuat Negara tersebut menjadi yang terbaik untuk segala hal. Untuk urusan pendidikan, data statistik yang ditampilkan dalam film ini menunjukkan bahwa skor matematika siswa di AS termasuk yang paling rendah dibandingkan negara maju lainnya. Bahkan Negara bagian Washington, sebagai ibukota Negara AS memiliki skor hanya 17%, nilai ini paling rendah bila dibandingkan seluruh Negara bagian lainnya. Banyak hal yang mendukung terjadinya pemburukan kualitas pendidikan di AS.
Aturan-aturan dalam sistem pendidikan AS ditengarai mengakibatkan munculnya kesenjangan antara sekolah dengan kualitas yang baik dan sekolah buruk. Aturan-aturan tersebut juga mengakibatkan sulitnya bagi masyarakat AS khusunya yang kurang mampu untuk memperoleh pendidikan dari sekolah yang baik. Selain itu, guru-guru buruk dan jahat tidak dapat dipecat dikarenakan aturan yang telah ada.
Geoffrey Canada mengatakan “One of the saddest days of my life was when my mother told me Superman did not exist. I was like what do you mean he’s not real. And she thought I was crying because it’s like Santa Clause is not real and I was crying because there was no one coming with enough power to save us” Geoffrey Canada mengungkapkan keputusasaannya terhadap kekuatan yang mampu untuk merubah itu semua. Dia sangat berharap kalau superman itu nyata.
Sekali lagi, mengapa harus Gundala ?
Dalam konteks tulisan ini, perlukah Gundala Putra Petir kita panggil untuk menyelamatkan Sumber Daya Alam Migas Indonesia ? Superman adalah tokoh super hero dari Amerika, sedangkan Gundala Putra Petir adalah tokoh pahlawan super asli dari Indonesia. Sebelum sampai pada sebuah kesimpulan, baiklah saya sampaikan beberapa hal tentang kondisi Migas Indonesia. Informasi-informasi di bawah ini sebenarnya adalah informasi umum yang semua masyarakat Indonesia layak untuk mengetahuinya.
Menurunnya Pendapatan Negara dari sektor Migas
Sektor migas mengahadapi tantangan yang sangat berat. Hingga akhir tahun 2014, harga minyak dunia yang biasanya stabil berada di atas US$100 per barel turun drastis hingga di bawah US$50 per barel sampai dengan Januari 2015. Kondisi ini pastinya membawa pengaruh besar bagi pendapatan Negara dari sektor migas.