Mohon tunggu...
PUTU EDY PRATAMA
PUTU EDY PRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korupsi dan Hukumannya Menurut Agama Hindu

20 Juni 2022   17:19 Diperbarui: 20 Juni 2022   17:25 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin corrumpere dari kata kerja corrumpere, yang berarti membusuk, merusak, menggoyahkan, memelintir, menyuap, dan mencuri. 

Menurut Kamus Oxford, korupsi didefinisikan sebagai perilaku yang tidak jujur atau melanggar hukum, terutama oleh orang yang berwenang untuk melakukannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan dana negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dll). 

Sedangkan menurut hukum Indonesia, korupsi diartikan sebagai pelanggaran hukum yang bertujuan untuk memperkaya orang perseorangan dan perusahaan perseorangan dan perusahaan, yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian nasional. 

Menurut UU No. 31 Tahun 1999, dan UU No. 20 Tahun 2001. Ada 30 tindak pidana korupsi yang terbagi dalam 7 kategori. Kerugian keuangan negara, penyuapan, pemerasan, penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.

Secara garis besar, konsep korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan/pemerintahan rawan korupsi dalam praktiknya. Tingkat keparahan korupsi bervariasi, dari bentuk paling ringan dari penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima bantuan, hingga korupsi serius yang disahkan, dan banyak lagi. 

Korupsi dalam agama Hindu dapat dilihat sebagai pelanggaran terhadap Dharma atau Rta. Dalam konsep Tri Kaya Parisudha korupsi merupakan perbuatan yang tidak benar karena melanggar Manacika (berpikir benar), Wacika (berkata benar) dan Kayika (melakukan hal yang benar).

Perbuatan jahat seperti ini tidak jarang, dan dalam kitab suci Hindu diperkirakan bahwa di zaman Kali Yuga ini, kejahatan akan mengalahkan kebaikan, dengan kejahatan 75% dan kebaikan hanya 25%. 

Juga, penyebab korupsi adalah kurangnya kontrol atas Sad Ripu di mana semua orang ada. Ke enam musuh tersebut yakni (1) kama yaitu nafsu atau keinginan yang berlebihan sehingga melampau batas kemampuan; (2) Tamak atau sifat rakus yang ada pada diri manusia; (3) Krodha yaitu sifat marah yang terlalu berlebihan; (4) Moha yaitu sifat bingung atau awidya; (5) Mada yaitu sifat mabuk baik karena harta mau pun keinginan atau minuman; dan (6) Matsarya yaitu sifat dengki atau iri hati.

Keenam ciri di atas dapat menyebabkan runtuhnya harkat dan martabat manusia (seperti korupsi). Selain itu, asumsi lain yang dapat menyebabkan korupsi adalah tidak adanya pengendalian pikiran atau kontak karena tingginya materialisme. 

Untuk ini, perlu untuk menerapkan "dharma". Sebab, tanpa Dharma, korupsi akan terus terjadi. Tanpa Dharma, manusia akan menyimpang dari hukum, peraturan, dll. Manusia akan berurusan dengan polisi, jaksa, hakim, dan pejabat peradilan lainnya.

Hukuman bagi pelaku korupsi menurut agama Hindu ada tiga jenis yaitu :

1. Sancita Karmaphala, yaitu perbuatan kita di masa lalu masih ada dan karenanya menentukan kehidupan kita sekarang. Misalnya, Anda dulu korupsi dan negara menderita kerugian besar, sehingga Anda dipenjara dan akhirnya mati di penjara. Anda hidup dalam kesakitan dalam hidup ini, karena hukuman bagi Anda belum berakhir dan harus ditanggung dalam hidup ini.

2. Prarabdha Karmaphala, yaitu tindakan saat ini, hasil dari kenikmatan saat ini. Salah satu contoh spesifik yang dapat kita lihat adalah banyaknya video di media sosial yang menunjukkan orang-orang merampok, ditabrak kendaraan saat melarikan diri.

3. Kriyamana Karmaphala, yaitu hasil dari apa yang kita lakukan hari ini atau sekarang, hasil yang akan kita nikmati di kehidupan selanjutnya. Misalnya, saat ini Anda korup, tetapi karena kelicikan Anda, Anda akhirnya lolos dari hukuman. Dalam kehidupan berikutnya Anda akan menderita kekurangan ekonomi, atau Anda mungkin menjadi orang yang kejam.

Ketiga jenis karma diatas diperkuat dengan kayakinan umat Hindu dengan adanya Hukum Karma Phala yaitu hokum sebab akibat setiap karma (perbuatan) akan mendatangkan hasil atau buah, apabila karma yang diperbuat adalah karma baik maka buah atau phala yang diperoleh adalah kebaikan. Demikian pula sebaliknya bila karma yang dibuat adalah karma yang buruk maka buah Karma Phala yang diterima adalah karma buruk yang diterimah adalah hasil keburukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun