Mohon tunggu...
Lutomo Edy Permono
Lutomo Edy Permono Mohon Tunggu... -

motorbike rider\r\naviation enthusiast\r\naviation photography\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Naik Motor Sejauh 8.888 Kilometer, Bagaimana Rasanya?

15 Agustus 2014   15:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:29 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hobi saya adalah turing naik motor, selain photografi (yang sudah lama tidak saya lakukan). Selama ini saya biasa turing naik motor Bali-Jawa-Bali, hampir seluruh kota di Jawa sudah saya lewati selama sepuluh tahun terakhir.Turing naik motor terjauh yang saya lakukan adalah Denpasar-Duri-Denpasar, ya naik motor lintas Jawa Bali Sumatera, waktu itu perjalanan ini saya tempuh selama hampir dua mingguan. Bagaimana rasanya? yang jelas pantat terasa kebal dan ada kepuasan bathin, meskipun sempat terlibat kecelakaan sekali di daerah Lubuklinggau. Tapi secara keseluruhan sangat memuaskan, bahkan ketagihan! kecelakaan yang terjadi adalah karena ke-tidakhati-hatian saya saja dan kurang waspada. Bagaimana tidak? jalanan di Sumatera ternyata sangat menggoda iman dan kesabaran para rider, jalanannya mulus, lurus (biarpun banyak juga kelokannya) dan lebar. Musuh utamanya adalah monyet nyeberang, mobil dobel kabin dan truk perkebunan, bis lintas provinsi juga ada tapi tidak sebanyak di Jawa. Saya sendiri heran campur kagum, meskipun banyak kepala daerah dan anggota DPRD yang tertangkap karena korupsi, ternyata mereka juga perduli dengan pembangunan jalan raya. Saya juga tidak tahu mungkin saja ini adalah dari uang para pengusaha HPH, karena banyak sekali perkebunan kelapa sawit dan karet di sepanjang jalan. Kalau ditanya saya dapat apa dengan melakukan perjalanan itu?, well, secara material saya ngga dapat apa-apa, bahkan sebaliknya saya rugi material :(, rugi uang, rugi waktu, rugi macam-macamlah, apalagi perjalanan saya selalu tidak melibatkan sponsor, tapi kembali lagi pada tujuan awal, hobi sih.... tapi secara bathiniah saya puas dan banyak mendapatkan inspirasi selama melakukan perjalanan. Nggak bisa semuanya dinilai dengan materi. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Denpasar-Sabang-Denpasar"][/caption] Beberapa waktu lalu saya terlintas ide bagaimana kalau kali ini melakukan perjalanan yang sedikit lebih jauh, ke kilometer Nol di Sabang, Pulau Weh sana. Alamak!, jauh.... tapi ide ini selalu menghantui(bc. menggoda) pikiran saya. Saya dengar juga sih selentingan bahwa Kilometer Nol adalah "mekkah"nya para rider!. agak berlebihan sebenarnya, tapi sebelum benar-benar menuju tanah suci Mekkah al-Mukarromah sana, ada baiknya juga kalau saya mencoba tantangan kecil menuju "mekkah"nya para rider. Beberapa kali saya tengok motor kesayangan buatan tahun 2001 yang saya beli gress dari gaji pertama (ditambah tabungan bertahun-tahun ) saat pertama kali bekerja pakai dasi dulu, ciehhh. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Camouflage"]

[/caption] Baiklah loreng, mari kita menata hati, siapkan bathin dan yang paling penting siapkan duit!, buat merencanakan perjalanan jauh dalam waktu dekat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun