Eka Ayu Ismawati
11
Sumber: KPU NTB 2019.Â
sementara, Pada Pemilu 2024 ini. Calon Perempuan untuk menduduki Kursi Parlemen Provinsi sebanyak 322
Menurut Chofifah Indah Parawansa, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola seleksi antara laki-laki dan perempuan sebagai anggota legislatif.Faktor pertama, berhubungan dengan konteks budaya di Indonesia yang masih sangat kental asaspatriarkalnya. Faktor kedua, berhubungan dengan proses seleksi dalam partai politik. Ketiga,berhubungan dengan media yang berperan penting dalam membangun opini publik mengenaipentingnya representasi perempuan dalam parlemen.Keempat, tidak adanya jaringan antara organisasi massa, LSM dan partai-partai politik untuk memperjuangkan representasi perempuan. Melihat fenomena sekarang ini bahwa untuk menjadi anggota legislatif perempuan begitu banyak menghadapi rintangan dan tantangan baik dari masyarakat itu sendiri maupun dari partai-partai politik.Â
Pilkada Serentak 2018 perempuan terus menunjukkan kemampuannya menyaingi laki-laki walau sedikit mengalami penurunan dari 35 orang menjadi 31 orang di Tahun 2018 dengan pembagian 14 orang terpilih sebagai Kepala Daerah dan 17 sebagai wakil kepala daerah salah satunya di NTB. Siti Rohmi Djalillah sebagai Wakil Gubernur NTB dari pasangan Zulkieflimansyah.Rakyat NTB semakin menunjukkan keberpihakannya terhadap kepemimpinan perempuan ini terbukti dua orang Srikandi NTB terpilih sebagai Wakil Gubernur dan Bupati Bima. kali ini di Pemilu 2024, muncul Srikandi baru Magdalena, MM. yang merupakan perempuan berdarah Arab dan sukses menjalankan Bisnis dengan Slogan Boly Mart dengan sekali prosesi mampu menduduki Parlemen Kabupaten Bima Dapil 1 kemudian meloncat ke Senayan mewakili perempuan NTB. tidak hanya itu, NTB masih memiliki perempuan kuat yaitu, Hj. Indah Damayanti Putri yang akrab di sapa "Umi Dinda" yang merupakan pewaris dari suaminya Dae Ferry yang pernah menjabat Bupati Bima selama 2 Periode. kini Umi Dinda juga, meneruskan Kekuasaan Almarhum Suaminya, dan terbilang sukses menjalankan roda pemerintahan dengan Motto; 'BIMA RAMAH'.Â
Kepemimpinan perempuan di banyak daerah telah memberikan warna berbeda. Kepemimpinan politik perempuan yang feminin memberikan sebuah pendekatan empati. Ini yang membedakan dengan kepemimpinan politik yang maskulin. Kepemimpinan politik yang maskulin memang melekatkan pada ketegasan dan kedisiplinan, namun kurangnya empati membuat berbagai kepemimpinan politik yang maskulin kurang bisa menangkap jantung persoalan di masyarakat terutama bagi perempuan dan anak-anak sebagai kelompok yang sering termarjinalkan.Â
Kedepannya dengan semakin banyak perempuan masuk politik menjadi kepala daerah maupunlegislatif sehingga semakin banyak pula program-program yang berpihak pada kaum perempuan baik bidang kesehatan, ketahanan pangan, perlindungan perempuan dan anak serta program-program yang menyentuh rakyat kecil.Â
Demi meningkatkan partisipasi politik dan keterwakilan perempuan dalam ranah politik, diperlukan kesadaran elit partai agar selalu dan memprioritaskan kader perempuan untuk dicalonkan sebagai parlemen maupun kepala daerah.Selain itu pula, pendidikan politik perempuan melalui organisasi mendorong mereka untuk aktif dan ikut serta dalam kegiatan-kegatan yang sifatnya publik seperti; kegiatan seminar, diskusi, symposium, pelatihan kepemimpinan. Kegiatan semacam ini, akan meningkatkan kemampuan dan wawasan politik kaum perempuan.Â