Cermin : Edy Priyatna
Hari telah sampai pada waktu fajar ketika Rizal berlari-lari kecil menuju ke rumahnya. Ia terlihat sangat terburu-buru sekali untuk segera memasuki rumahnya. Ketika sudah berada di depan pintu rumahnya ia menekan bel berkali-kali. Namun belum ada juga yang datang membukakan pintu itu. Lalu ia mencoba dengan menggedornya, tetapi masih belum juga ada respon. Kemudian dia berjalan ke samping rumah di sebelah sebuah pohon jengkol dia buang air kecil sambil berdiri.
Sebenarnya Rizal tidak biasa buang air selain di kamar mandi atau toilet rumahnya sendiri, apalagi buang air besar. Baru kali ini ia terpaksa melakukannya di halaman rumahnya. Ini suatu kebiasaan yang aneh. Bahkan karena sudah menjadi kebiasaan seperti itu, ia pernah buang air besar di rumah temannya ketika tiba-tiba perutnya terasa mulas dan ia ingin buang air besar. Namun setelah dia berada dalam kamar mandi tidak keluar secuilpun.
Setelah Rizal merasa lega karena telah mengeluarkan hajatnya, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Lalu tanpa pikir panjang lagi ia langsung berlari sekencang-kencangannya menuju kearah pada saat dia datang. Tanpa berhenti ia berlari melewati jalan yang panjang, perkampungan sunyi. Tak lelah berlari dalam kegelapan hingga melalui beberapa perempatan di lintasan yang belum ramai pada saat itu. Dalam pelarian yang sangat tergesa-gesa itu sempat mengundang perhatian seekor anjing sayur yang kebetulan sedang terbangun di tepi jalan menunggu mangsa datang. Anjingpun langsung ikut mengejar Rizal, namun karena tahu dikejar ia lebih meningkatkan lagi kecepatan berlarinya. Sehingga anjing tersebut tertinggal jauh dan langsung kembali ke tempat semula.
Akhirnya dengan nafas yang tesengal-sengal Rizal tiba juga di rumah yang dituju. Ketika sudah di teras depan ia langsung menggedor-gedor pintu rumah itu. Cukup lama juga ia menunggu si pemilik rumah keluar. “Siapa di luar?” tanya seorang wanita dari dalam rumah. “Saya Rizal…..” sahut Rizal dengan suara agak pelan. “Siapa??” tanyanya lagi. “Rizal, mbak….!” Jawab Rizal dengan keras. Tak lama kemudian wanita itu membukakan pintu rumahnya. “Ada apa?!” “Celana dalam ketinggalan……..”
(Pondok Petir, 04 Oktober 2011)
___________________________________________________
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H