“Bolehkan aku kerumahmu?”
Aku tak langsung menjawabnya. Karena aku masih membayangkan wajah sahabatku itu. “Sekarang ini seperti apa ya? Apakah aku masih mengenalnya?” kataku dalam hati.
“Ooo…boleh…boleh…” akhirnya aku pun membolehkanya ia datang kerumah.
“Alhamdulillah…… Ya, sudah kalau begitu sampai bertemu di rumah ya… Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam………….”
Setelah telepon itu terputus, aku kembali tak mengerti siapa sebenarnya orang itu. Apa maksud tujuan orang itu meneleponku. Apakah ia hanya sekedar minta ijin datang kerumaahku saja. Lalu darimana ia bisa mendapatkan nomor telepon dan alamat rumahku. Entahlah.
Aku langsung mengejar Subuhku yang telah hampir habis. Kemudian tak lama setelah selesai shalat, aku kembali dikejutkan oleh bayangan yang mirip dengan yang aku alami tadi. Bayangan yang ingin merangkulku. Merangkulku seperti tanda ia akan kembali untuk aku dan kembali ingin merajut persahabatan yang telah lama putus itu. Aku pun tak habis mengerti kenapa bayangan itu selalu mengikutiku. Bayangan itu bukan yang pertama kali aku melihatnya. Ini sudah yang kesepuluh kalinya. Tapi aku tak tahu bayangan siapa itu sebenarnya yang selalu ingin merangkulku. Lalu itulah terakhir bayangan yang ingin merangkulku ketika aku selesai shalat. Namun aku masih bertanya-tanya siapa dia sebenarnya, apakah suara yang dibalik telepon itu atau bukan? Entahlah aku pun tak tahu.
“Kriiiinggggg…...”
Tiba-tiba suara pangilan telepon terdengar kembali. Saat itu aku sedang di kamar mandi dan aku terpaksa harus keluar sebentar untuk mengangkat telepon itu lagi.
“Halo….Asalamu’alaikum…….”
“Waalaikumsalam…….”