[caption id="attachment_127728" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi (istimewa)"][/caption]
Ada jalan menuju kediamanmu selorong dekat perkampungan di timur ada telaga aku sempat rehat di tepi dan mandi…….. Di atas desa itu tampak kau tersenyum di pekarangan yang hijau aku sambut cepat dengan berseri…….. Kini telah tiada tanah adat sungai yang dulu benyanyi deras tinggal genangan retak sunyi gersang tak ada lagi orang-orang bermain disini mereka pergi mencari tempat bermain yang lain di lorong-lorong jalan di kolong-kolong jembatan di pasar-pasar terminal yang buat desa ini menjelma kota sunyi…….. Ada jalan menuju kediamanmu dahulu kala selorong dekat perkampungan dan telaga di timur tapi kini sunyi gersang hanya ada gemuruh tambang siang malam bagai menjaga rembulan mengusir mentari dari jalan menuju kediamanmu…….. Kau tahu pertambangan itu gemuruhnya benyanyi deras perkampungan dan telaga luas menjadi Sirna seketika…….. tercebur lumpur “Hancur leburlah masa depan kami” kata suara kecil yang ketakutan Aku mengenang-ngenang suatu masa tentang raja penguasa nan sakti pada tongkatnya dengan hanya menunjuk dapat meraih tempat membajak sawah orang menindas…….. Kata dalam hikayat sang raja penguasa adalah penyayang entah kepada siapa lalu dengan tongkat dia berputar deras maka keluarlah kekayaan bumi lumpurpun meluap rakyatnya sekarat melarat…….. Kata dalam hikayat waktu terus meluncur lumpur terus menjulang raja penguasa menghilang bersama tongkatnya perkampungan…….. desa…….. telaga…….. menjadi rata gemuruhnya mencekik rakyat Kini kutahu beritanya dari buku sejarah bangsa (Pondok petir, 09 Agustus 2011) Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia
___________________________________________________
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H