Pertumbuhan ekonomi Cina sedikit melambat pada kuartal pertama tahun ini, karena harga pangan terus melonjak sehingga membatasi daya beli masyarakat.
Laju inflasi Cina bulan Maret menembus angka tertinggi sejak 2008 meski pemerintah mencoba untuk mengendalikan harga.
Badan Statistik Nasional Cina, mengumumkan pertumbuhan ekonomi Cina dalam tiga bulan ini tumbuh 9,7 persen. Ada sedikit perlambatan, karena pada kuartal sebelumnya pertumbuhan sebesar 9,8 persen.
Cina merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Selama 30 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu itu selalu sekitar 10 persen. Percepatan pertumbuhan ekonomi ini tak lepas dari program industrialisasi di negeri tersebut.
Akhir-akhir ini pemerintah Cina mencoba memperlambat laju ekonomi, dan menekan kenaikan harga. Semua itu akan dilakukan secara bertahap untuk menghindari crash.
Menurut Nie Wen, analis ekonomi Hwabao Trust di Shanghai, angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan, terutama indeks harga konsumsi (CPI). Ini berarti tekanan inflasi cukup tinggi. Sehingga upaya-upaya pengetatan akan terus berlangsung.
Perdana Menteri Cina Wen Jiabao mengatakan pemerintahnya akan melakukan berbagai cara untuk mengendalikan inflasi tersebut. Pengendalian inflasi akan menjadi prioritas utamanya. Meskipun harga-harga kebutuhan pokok di pasar global terus naik.
"Kami akan berusaha untuk mengendalikan harga yang merupakan prioritas dari upaya pengendalian ekonomi," kata PM Wen dalam sebuah rapat cabinet pada hari Jumat (15 April 2011) lalu. “Kami akan mencoba semua cara untuk menstabilkan harga, prioritas utama kontrol ekonomi kami tahun ini dan juga tugas paling menekan kami,” tambahnya lagi.
Data pemerintah Cina yang dirilis kemarin menyebut inflasi pada Maret ini tertinggi sejak 2008. Upaya pemerintah untuk menekan kenaikan harga tak berpengaruh sama sekali. Badan Pusat Statistik mencatat harga barang konsumsi mengalami kenaikan harga hingga 5,4 persen untuk bulan Maret, dan 4,9 pada Februari lalu.
Minggu lalu, pemerintah Cina menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya dalam enam bulan terakhir, sebagai upaya memperketat pasokan uang negara.
Pemerintah menaikan uang muka untuk pembelian rumah kedua, dan mengenakan pajak properti lebih tinggi untuk memperlambat pertumbuhan properti.
Analis memperkirakan Maret ini pinjaman baru dan jumlah uang beredar masih mengalami kenaikan meski sedikit. Pemerintah Cina disarankan terus berupaya membatasi kenaikan harga.
"Inflasi, bukan pertumbuhan, terus menjadi risiko atas kebijakan makro ekonomi Cina, sebuah bukti bahwa upaya pengetatan harus terus dilakukan,” kata Qu Hongbin, Kepala Penelitian HSBC untuk Ekonomi Asia.
Analis menduga kenaikan harga di Cina karena banyaknya barang yang dieskpor. Data perdagangan Amerika Serikat Februari lalu menunjukan, 20 persen barang impor di Amerika berasal dari Cina.
Dengan melejitnya tingkat inflasi di China dibanding prediksi dan pemangkasan pertumbuhan ekonomi AS dan Jepang oleh International Monetary Fund (IMF), bursa Asia mendapat tekanan sepanjang minggu ini dan juga membuat bursa Asia tersebut tersengat.
Indeks MSCI Asia Pacific di sepanjang minggu ini melorot 0,5% menjadi 135,82. Padahal, pada tiga minggu sebelumnya, bursa Asia selalu mencatatkan kenaikan akibat data tingkat pengangguran AS yang turun ke level terendah dalam dua tahun serta dibukanya kembali sejumlah manufaktur di Jepang pasca gempa dan tsunami.
Sementara itu, indeks Hang Seng Hongkong turun 1,6%, Shanghai Composite Index China naik 0,7%, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,8%, dan indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 1,8%.
Saham-saham yang mempengaruhi pergerakan bursa Asia di antaranya: China Resources Land Ltd yang turun 6,7% di Hongkong, Rio Tinto Group turun 2,4% di Sydney, James Hardie Industries SE turun 3,6% di AS, dan Toyota Motor Corp yang turun 3% di Jepang.
*(Sumber dari berbagai media)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H