Oya, ngomong-ngomong, terhitung sejak Senin, 25 Februari 2019, Rizal Ramli menyatakan berhenti menyebut mantan Walikota Solo itu dengan mas Jokowi. Sebagai gantinya, dia menyebut dengan Widodo atau Presiden Widodo.
Entah apa yang menjadi penyebab RR emoh menyebut mas Jokowi lagi. Padahal, selama ini mereka bersahabat dekat. Baik saat di dalam maupun lingkaran kekuasaan, Cak Jancuk kerap meminta nasehat dan saran-saran dari Rizal Ramli, terutama untuk soal-soal terkait ekonomi bangsa. Ketika menjadi Menko Kemaritiman pun, di sidang kabinet RR sering memberi pendapat dan saran menyangkut persoalan seputar makro ekonomi.
Tentu saja, hanya RR yang tahu persis alasannya tidak mau menyebut Jokowi lagi. Tapi, bisa jadi hal itu disebabkan sikap Jancuk yang justru mengkhianati  Trisakti yang jadi jualan kampanye Capresnya pada 2014 silam.
Kegagalan Widodo untuk mencapai kedaulatan pangan dan kedaulatan keuangan terjadi, kata RR, karena tidak adanya konsistensi antara tujuan, strategi, kebijakan, dan personalia. Tujuan untuk mencapai swasembada pangan, misalnya, dikhianati dengan kebijakan impor ugal-ugalan dan penunjukan pejabat yang doyan rente (rent seekers).
RR menilai Widodo ternyata orang yang kerdil. Penilaian tersebut disematkannya karena di Sentul, Jancuk kembali menyinggung soal pengembalian konsesi lahan. Dalam pidatonya, Widodo menyatakan bahwa menunggu pengembalian konsesi lahan besar kepada negara untuk diberikan kepada rakyat.
Dia memang tidak menyebutkan identitas orang yang dia tunggu mengembalikan konsesi lahan. Namun, publik tentu paham benar, bahwa yang dia maksud adalah Prabowo Subianto. Pasalnya, Capres nomor 02 itu menyatakan siap mengembalikan lahannya jika negara membutuhkan
"Saya mohon maaf, pidato seperti itu menunjukkan Presiden Widodo kerdil, karena pemilik tanah paling besar ada di sekitarnya. Kalau mau, semua tanah besar dibagikan kepada rakyat. Jadi jangan kerdil jadi Presiden. Makanya saya mulai kesal. Presiden itu the man of honor, orang yang sangat dihormati. Harusnya kebijakannya berlaku untuk semua, bukan orang per orang," papar Rizal Ramli.
RR benar. Presiden adalah jabatan yang sangat prestisius. Â Hanya orang-orang terhormat yang layak menyandangnya. Presiden adalah the man of honor. Tapi, dengan kebohongan dan hoax yang terus dia tebarkan, dengan pengingkaran terhadap janji-janji kampanye, dengan pengkhianatan terhadap Trisakti, maka Cak Jancuk lebih cocok dilabeli the man of horror.
Sebagai orang Jawa, berubahnya sapaan RR Mas Jokowi ke Widodo atau Presiden Widodo, mestinya menjadi kode keras bagi juara dalam membuat negara berutang hingga lebih dari Rp1.600 triliun. Kenyataan ini bisa dimaknai dengan berakhirnya, minimal renggangnya, hubungan persahabatan kedua belah pihak. Elo bukan temen gue lagi, begitu kira-kira dalam Bahasa Betawinya.
Tapi persoalannya, adakah Cak Jancuk bisa menangkap kode keras tersebut? Atau, masihkah dia peduli dengan hal-hal seperti itu? Kalau melihat gelagat dan kelakuannya akhir-akhir ini, sangat mungkin di benaknya sudah berjubel bagaimana caranya dia bisa berkuasa satu periode lagi. EGP alias Emang gue pikirin! Begitulah kira-kira... [*]
Jakarta, 26 Februari 2019