Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Capres Neolib dan Penghargaan Itu

13 Februari 2018   16:35 Diperbarui: 13 Februari 2018   16:48 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sri memang mencorong di kalangan pasar. Aneka penghargaan tadi pun datang dari mereka. Tapi sekadar mengingatkan saja, yang dimaksud dengan pasar di sini bukanlah pasar tradisional dengan para mbok bakul sayur yang sudah menata dagangannya sejak matahari belum terbit. Jangan juga dibayangkan pasar yang dimaksud adalah area yang umumnya becek dan pengap, dengan hingar-bingar tawar-menawar memperebutkan seribu dua ribu perak selisih harga oleh pembeli dan penjual. Bukan, bukan pasar yang ini.

Pasar yang memuja-muji Sri adalah lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan ADB. Pasar di sini adalah para investor, baik lokal maupun, terutama, asing. Mereka inilah yang bermain dan malang-melintang di bursa-bursa internasional. Mereka bertransaksi di paper market yang memperdagangkan berbagai komoditas maya, yang nyaris abai dengan underlying produk yang ditransaksikan. Mereka mendikte perekonomian dunia dari pasar-pasar maya. Seolah-olah nasib perekonomian dunia berada di ujung-ujung jemari mereka yang menekan kE&Y board komputer dan atau laptop belaka.

O, mungkin sampeyan akan bilang, penghargaan sebagai menteri terbaik dunia kali ini datang dari World Government Summit. Artinya, sesuai namanya, ini penghargaan dan pengakuan dari pemerintah-pemerintah dunia. Bukan swasta, bukan pasar.

Waduh, sampeyan itu memang kurang piknik. Kalau tanya ke pakde Google, maka diketahui WGS itu diakreditasi antara lain oleh IMF, Bank Dunia, PBB, OECED, dan World Economic Forum (WEC). WGS juga bermitra dengan sejumlah media penyaji informasi pasar. Di antaranya Harvard Business Review, CNN, McKinsey  & Company, dan Sky News. Semua pihak yang disebut itu adalah representasi dan pendukung mazhab ekonomi neolib. Satu mazhab yang berhamba pada pasar. Sri adalah bagian, kalau tidak mau disebut salah satu tokoh penting, dari neolib!

Sebagai pejuang neolib yang gigih, dia terbukti banyak memberi keuntungan kepada para majikannya. Berbagai obligasi pemerintah yang diterbitkan sepanjang menjadi Menkeu di era Susilo Bambang Yudhoyono (2006-2010) dan era Jokowi (2016-2017) telah memberi belasan miliaran dolar keuntungan kepada para kreditor.

Dalam periode 2006-2010, Sri menerbitkan bond dengan yield 12,1%. Pada saat yang sama, Vietnam dan Filipina juga menerbitkan surat utang dengan yield masing-masing 9,2 dan 8,8%. Padahal, saat itu rating Indonesia lebih baik ketimbang keduanya. Seharusnya, dengan peringkat lebih bagus, cost of money yang ditanggung bisa lebih murah. Tapi ini tidak terjadi. Yang ada, akibat sikap murah hatinya Sri kepada para investor, Indonesia harus membayar bunga Rp121 triliun dan US$6,7 miliar lebih mahal.

Perilaku mengobral bunga supermahal kembali dulanginya dalam dua tahun terkahir menjadi Menkeu-nya Jokowi. Yield bond yang diterbitkannya dikerek ke 6,16%. Sedangkan Vietnam dan Filipina hanya 4,7% dan 4,5%. Karena ulahnya ini, lagi-lagi kayat Indonesia harus membayar bunga lebih mahal, yaitu Rp69,3 triliun dan US$4,8 miliar.

Good girl

Kaum neolib memang sangat berkepentingan dengan akhir perjalanan karir SMI. Itulah sebabnya apa pun mereka lakukan untuk membelanya. Sri adalah good girl yang banyak menggerojok keuntungan bagi majikan neolibnya. Itu pula yang menjelaskan, mengapa para god fathers itu langsung menyelamatkan ketika namanya disebut dalam persidangan skandal Bank Century senilai Rp6,7 triliun. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengangkat Sri menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Aroma penyelamatan Ani dari skandal Bank Century itu memang menyeruak dengan tajam. Tanpa operasi tersebut, bukan mustahil dia harus mendekam di balik juruji besi. Sebagai Menkeu, saat itu dia juga menjadi Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Nah posisinya inilah yang punya peran penting dalam skandal Bank Century.

Jadi, Sri adalah proxy kaum neolib. Logika yang berkembang, kalau menjadi Menkeu saja sudah sangat menguntungkan, kenapa tidak sekalian menjadi Presiden? Apalagi dalam lebih dari tiga tahun  pemerintahannya, Jokowi dianggap lebih banyak memberi hati kepada China. Ini, tentu saja, suatu hal yang tidak disukai para majikan neolib di Barat sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun