Sebagian orang mungkin akan mengatakan program tersebut paradoks dengan slogan hemat energi yang dikampanyekan. Â Pada titik ini, prilaku bijak konsumen tetap dibutuhkan. Program naik daya ke 5.500 VA memang gratis. Tarif dan abonemen pun tidak berubah. Kendati begitu, konsume tetap diminta memakai listrik secara efektif. Gunakan listrik untuk keperluan produktif yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.
Sayangnya, seabrek manfaat program ini belum bisa buru-buru dinikmati. Ada sejumlah langkah persiapan sebelum akhirnya bisa dieksekusi. Yaitu, meliputi sosialisasi mekanisme dan manfaat program, penyiapan formulir/aplikasi pendaftaran, penyiapan MCB, dan penyiapan petugas penggantian MCB. Yang tidak kalah penting lagi, penyiapan regulasi pelaksanaannya. Jika tahapan-tahapan ini bisa mulus dilalui, barulah program bisa direalisasi.
Salah judul?
Tapi, prosedur dan tahapan panjang itu sebenarnya bisa dipangkas kalau saja sejak awal Pemerintah dan PLN bisa lebih royal dalam menebar informasi kepada publik. Selain itu, satu 'kesalahan' cukup fatal yang dibuat keduanya adalah, program ini dilabeli dengan sebutan "program penyederhanaan golongan listrik."
Label ini rawan memantik silang-pendapat, bahkan penolakan. Terlebih lagi dalam suasana 'murung' seperti saat ini. Daya beli menurun, harga-harga terus merangkak naik, lapangan kerja terbatas, terjadi fenomena deindustrialisasi yang berujung pada gelombang PHK massal, ekonomi tumbuh tidak beringsut jauh dari lilma koma nol sekian persen, dan persepsi negatif lain terhadap pemerintah. Keruan saja judul program tadi membutuhkan penjelasan panjang-lebar yang, sayangnya lagi-lagi, terkesan lambat disampaikan.
Kegaduhan mungkin bisa dihindari kalau saja Pemerintah dan PLN memberi judul yang lebih ringkas dan langsung ke pokok tujuan. Misalnya, 'program tambah daya gratis.' Frase program tambah daya gratis jelas lebih seksi di telinga publik ketimbang penyederhanaangolongan listrik. Ditambah embel-embel 'gratis' tentu jadi jauh lebih menarik lagi. Siapa, sih, yang tidak mau barang gratisan? Bukankah inti dari program penyederhaan golongan listrik adalah tambah daya gratis?
Pada frase penyederhanaangolongan listrik, publik lebih awam. Jangankan soal penyederhanaan golongan, lha wong 'golongan listrik' saja bisa jadi sebagian besar baru tahu. Kata 'golongan' itu sendiri sudah menunjukkan pengkelas-kelasan. Nah, di  tengah 'suasana kebatinan' seperti sekarang, segala hal berbau kelas dan pengkelas-kelasan sangat rawan bakal memicu prejudice.
Pemilihan judul yang tepat, bisa sangat membantu menggapai sasaran yang diinginkan tanpa energi habis untuk perkara-perkara yang tidak perlu. Ditambah dengan konten penjelasan dan komunikasi publik yang ciamik, Â rasanya bakal lebih mulus. Coba simak baik-baik frase ini; program tambah daya gratis. Gimana? Lebih asyik, kan? (*)
Jakarta, 20 November 2017
Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for economic and Democracy Studies (CEDeS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H