Adalah bukan rahasia lagi kalau syahwat pengusaha JK tetap tinggi kendati sudah berkantor di Merdeka Selatan, Istana Wapres. Untuk urusan yang satu ini, orang lingkaran Istana pernah mengutip kalimat Jokowi kepada seorang menterinya, “Pak JK kok ga kenyang-kenyang, ya...?”
Pada titik ini, RR bukan hanya tampil sebagai ‘bumper’. Lelaki yang sudah ‘badung’ sejak mahasiswa itu bahkan sering ‘menyalak’ kencang. Dia juga memperkenalkan kosa kata Pengpeng untuk penguasa yang merangkap jadi pengusaha.
“Menjadi penguasa itu mulia. Jadi pengusaha juga bagus. Tapi kalau menjalani dwifungsi pengusaha sekaligus pengusaha, ini yang tidak bagus. Saya menyebut yang seperti ini sebagai Pengpeng, alias penguasa pengusaha. Ini tidak fair. Tidak adil. Ini merusak perekonomian Indonesia,” ujarnya saat itu.
Kendati RR sama sekali tidak menyebut nama untuk Pengpeng, namun sontak JK meradang. Entah apa sebabnya. Mungkinkah dia merasa sodokan itu ditujukan kepadanya? Kalau iya, pertanyaan berikutnya, kenapa harus merasa seperti itu? Jangan-jangan... Tauk ah, gelap!
Berkali-kali menolak jabatan
Kita kembali ke soal RR nyalon DKI-1 tadi. Banyak orang terheran-heran, kenapa pula dia maju di Pilkada DKI? Buat yang positive thinking dan menaruh respect tinggi, mereka umumnya berpendapat RR levelnya sudah jauh lebih tinggi daripada sekadar gubernur. Dia sudah pernah jadi Menteri Keuangan dan dua kali Menko. “RR harusnya jadi Wapres bahkan presiden,” ujar karib saya yang pengusaha.
Namun buat mereka yang hobi su’uzhon, majunya RR diterjemahkan sebagai orang yang kurang kerjaan. Mereka juga mem-bully dia sebagai orang yang haus jabatan dan kekuasaan. Buktinya, sudah jadi Menko kok ikut-ikut rebutan posisi Gubernur.
Benarkah RR gila jabatan? Dulu, waktu SBY menyusun Kabinet Persatuan jilid 1, RR menolak posisi Menteri Perindustrian yang disorongkan. “Saya bukan orang yang cari-cari kerjaan, Ed,” katanya kepada saya via telepon beberapa hari setelah susunan kabinet diumumkan.
Selidik punya selidik, ternyata jabatan Menteri Perindustrian itu merupakan kompromi SBY setelah JK menggergaji RR di menit-menit terakhir pengumuman kabinet. Sebelumnya SBY menjanjikan posisi Menko Perekonomian kepadanya. Ya, Jusuf Kalla sangat berkepentingaan agar RR tidak masuk dalam lingkaran kekuasaan. pasalnya dia tahu betul, RR akan jadi duri dalam daging yang sangat mengganggu kepentingan bisnis keluarganya.
Masih ada lagi. Rizal Ramli dua tiga kali menolak jabatan keren yang disorongkan Gus Dur. Pertama sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggantikan Satrio ‘Billy’ Budihardjo Joedono. Lalu, dia menampik posisi Dubes RI di Amerika yang dijabat Dorodjatun Kuntjoro Jakti. Baru ketika Gus Dur ‘memaksa’ duduk menjadi Kepala Bulog, dia tidak kuasa menolak. Itu pun dia mengajukan syarat, hanya akan menjabat maksimal setahun, setelah itu megundurkan diri.
Jauh sebelum itu, dia juga menolak tawaran jabatan menteri ketika Baharuddin Jusuf Habibie baru naik meneruskan periode Pak Harto yang mengundurkan diri. Yang terbaru, awalnya RR juga menolak posisi Menko Maritim yang disorongkan Jokowi beberapa jam sebelum reshuffle kabinet jilid satu diumumkan. Alasannya, maritim bukanlah bidang yang dikuasainya. Namun karena Jokowi terus mendesak, ditambah embel-embel yang memintanya adalah rakyat Indonensia, maka dia tidak mampu menghindar. Tapi, lagi-lagi RR mengajukan sejumlah syarat yang harus Jokowi setujui untuk menerima jabatan tersebut.