Tapi bicara soal pariwisata tentu tidak bisa lepas dari peran Kementerian Pariwisata. Menteri Pariwisata Arif Yahya pun tidak kalah gesitnya. Dia mampu mengimbangi gebrakan-gebrakan Rizal Ramli. Koordinasi dan kerjasama keduanya terjalin sangat bagus. Banyak program dan gagasan Menko Maritim dan Sumber Daya yang langsung dia eksekusi di lapangan.
Soal penentuan daerah tujuan wisata utama, misalnya. Sebelumnya, yang sudah-sudah, pemerintah berambisi mengembangkan banyak destinasi. Dalam setahun, jumlahnya bisa 70 daerah lebih. Rizal Ramli tidak mau begitu. Dia bermaksud fokus pada 10 daerah unggulan di luar Bali.
Ke 10 destinasi utama itu antara lain Danau Toba (Sumut), Bromo (Jatim), Mandalika (NTB), Morotai (Maluku), Tanjung Lesung (Banten), Labuhan Bajo (Flores NTT), Kepulauan Seribu (DKI), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Belitung, dan Yogyakarta. Khusus Danau Toba, Rizal Ramli bermaksud menjadikannya sebagai Monaco of Asia.
Menko sadar betul, ini bukan pekerjaan gampang. Perlu koordinasi yang baik dan dana cukup besar. Itulah sebabnya dia juga menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) dan Kementerian Perhubungan yang memang di bawah koordinasinya. Aanggaran untuk mengembangkan dan mempercantik lokasi wisata memang ada di dua kementerian teknis ini.
Pada titik ini kepiawaian RR dalam mengkoordinasi kementerian di bawahnya menunjukkan bukti. Paling tidak, begitu yang tampak dari sikap Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Dia langsung menangkap pesan dan tujuan pengembangan 10 daerah wisata utama yang digagas Rizal Ramli.
"Ini yang difokuskan Pak Menko Maritim dan Sumber Daya untuk dibantu dan mendukung ini. ‎Sebelumnya memang ada banyak yang akan dikengembangkan. Tapi beliau minta fokuskan di 10 dulu. Bukan lainnya ditinggal, tapi ini yang lebih diprioritaskan dulu," ujar Basuki kepada wartawan.
Basuki benar. Rizal Ramli yakin bahwa dengan fokus pada 10 kawasan, maka potensi dan sumber daya yang ada bisa dimaksimalkan. Soal dana promosi, misalnya. Jika disebar ke banyak kawasan, maka nilainya masing-masing akan kecil sehingga kurang efektif dan berdaya massif. Sebaliknya jika 10 kawasan dulu, maka pencapaian target bisa lebih terukur. Begitu yang 10 maju, kawasan lain akan bisa ikut maju juga.
RR memang sangat serius di soal pariwisata. Dia sadar betul, pada akhirnya faktor sumber daya manusia tetap saja memegang peran sentral dan vital. Itulah sebabnya lelaki yang pernah menduduki beberapa posisi menteri di era Presiden Abdurrahman Wahid itu mendeklarasikan Gerakan Bersih dan Senyum. Sedangkan untuk meningkatkan profesionalisme pengelolaan daerah tujuan wisata, dia menggagas pembentukan 10 Badan Otoritas Pariwisata di 10 daerah tujuan wisata utama.
Dengan serangkaian gebrakan tersebut, wajar jika Rizal Ramli haqqul yaqin target serba 20 di sektor pariwisata bisa diwujudkan. 20 pertama adalah kunjungan 20 juta wisatawan. 20 kedua, menggaet US$20 miliar devisa dari sini. Semoga... (Bersambung: jurus rajawali bangkit dan nelayan)
Jakarta, 4 Januari 2016
Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)